Djawanews.com – Beberapa orang bisa merasa sangat terganggu dengan suara sehari-hari seperti bernapas, menguap, atau mengunyah. Para ilmuwan mengatakan kondisi ini dikenal sebagai misophonia.
Penelitian kolaboratif dari King's College, London, dan Universitas Oxford, menyadur Medical Daily menunjukkan 18,4 persen dari populasi umum di Inggris mengalami misophonia. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One ini merupakan upaya pertama untuk menilai dampak kondisi tersebut pada populasi secara umum.
Para peneliti melakukan percobaan pada setidaknya 772 orang dari berbagai usia, jenis kelamin, dan etnis untuk memahami intensitas dan kompleksitas misophonia. Dan bagaimana pemicu kebisingan membuat mereka kesal. Sebagai bagian dari kampanye, mereka diberi kuesioner dan ternyata hanya 13,6 persen dari mereka yang pernah mendengar istilah misophonia dan 2,3 persen diidentifikasi memiliki kondisi tersebut. Hasil studi tersebut juga mencatat bahwa misophonia dapat memengaruhi pria dan wanita dan tingkat keparahannya berkurang seiring bertambahnya usia.
Misophonia didefinisikan sebagai fenomena yang menyebabkan emosi dan reaksi yang kuat terhadap suara 'pemicu' tertentu. Gejala dari kondisi ini dapat berkisar dari kemarahan yang intens, kecemasan, atau rasa jijik, dan ledakan emosi sebagian besar bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya, melansir Cleveland Clinic.
“Seseorang yang terkena misophonia lebih dari sekadar terganggu oleh suara. Misophonia dapat menyebabkan perasaan tidak berdaya dan terjebak ketika orang tidak dapat melepaskan diri dari suara yang tidak menyenangkan,” kata penulis studi senior Dr. Jane Gregory, dari departemen psikologi eksperimental di Universitas Oxford, dalam sebuah pernyataan.
Hanya ada satu gejala dominan misophonia yaitu emosi negatif yang kuat setiap kali seseorang mendengar suara pemicu. Ini mungkin memberikan respons seperti merasa kesal, marah, gugup, cemas, atau rasa sesak di seluruh tubuh, dikutip dari Healthline.
Bunyi-bunyian yang menjadi pemicu misophonia adalah suara mengunyah, menyeruput, menelan, napas keras, mengklik pena, suara sepatu, kicau burung atau jangkrik.
Gregory mengatakan meski penyebab pasti misophonia masih belum diketahui, kemungkinan ada banyak faktor yang melatarbelakangi kondisi tersebut, seperti perbedaan struktur otak, riwayat keluarga, genetika, atau kondisi lainnya.
“Seringkali penderita misophonia merasa buruk tentang diri mereka sendiri karena bereaksi seperti itu. Terutama ketika mereka menanggapi suara yang dibuat oleh orang yang dicintai. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami apa yang menyebabkan misophonia dan bagaimana para ahli dapat membantu orang-orang yang mengalami misophonia menjalani kehidupannya sehari-hari,” ujar Gregory.