Djawanews.com – Bagi beberapa perempuan, hamil dan melahirkan menjadi proses yang begitu menakutkan. Mereka khawatir akan mengalami perubahan fisik sekaligus rasa sakit yang membuat tidak nyaman. Saking cemasnya, perempuan memiliki ketakutan berlebih. Kondisi ini yang disebut dengan Tokofobia.
Tokofobia merupakan fobia ketika wanita merasa takut hamil dan melahirkan sampai membuat mereka tidak ingin hamil. Berikut beberapa jenis tokofobia yang perlu diketahui.
Jenis-jenis Tokofobia
Tokofobia terbagi menjadi dua jenis, yaitu tokofobia primer dan tokofobia sekunder.
Tokofobia primer terjadi pada perempuan yang belum hamil sama sekali. Kondisi itu biasanya dialami saat mereka remaja, dewasa muda, atau ketika baru menikah. Hal itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama pada mental mereka.
Sementara itu, tokofobia sekunder dialami oleh perempuan yang sudah pernah hamil dan melahirkan. Rasa trauma saat hamil atau pasca melahirkan membuatnya takut untuk hamil lagi. Selain itu, kondisi ini juga disebabkan oleh keguguran, bayi lahir mati, dan pengalaman buruk lainnya.
Ada empat faktor utama dapat menyebabkan tokofobia, yaitu sebagai berikut.
- Ketakutan pada hal-hal yang berkaitan dengan medis, terutama pada prosedur persalinan.
- Pengalaman seks yang traumatis.
- Pengalaman hamil atau melahirkan yang menyakitkan, seperti keguguran, lahir mati, dan aborsi.
- Riwayat penyakit mental, seperti kecemasan dan depresi.
Meskipun harus didiagnosis oleh dokter atau psikiater, terdapat gejala umum dari tokofobia yang dapat diketahui sejak awal. Gejala ini biasanya muncul ketika wanita melihat atau membaca tentang kehamilan dan persalinan. Gejala umum tersebut antara lain sebagai berikut.
- Menghindari atau menunda kehamilan meskipun ingin punya anak.
- Menghindari hubungan seksual.
- Insomnia atau sering mimpi buruk karena terlalu cemas.
- Mood sering berubah, terutama saat melihat ibu hamil dan melahirkan.
- Serangan panik.
- Beberapa gejala depresi.
Jika kamu merasa mengalami gejala umum tersebut, sebaiknya segera konsultasikan ke psikiater. Kondisi ini hanya bisa didiagnosis oleh ahlinya.
Jika memang terbukti mengalami tokofobia, psikiater akan menawarkan terapi untuk mengobatinya, seperti terapi perilaku kognitif (CBT), psikoterapi, dan jenis pengobatan lainnya.
Ingin tahu informasi mengenai kesehatan lainnya? Pantau terus Djawanews dan ikuti akun Instagram milik Djawanews.