Djawanews.com – Anxiety atau sering disebut dengan kecemasan bisa diartikan denga reaksi tubuh terhadap stres atau sesuatu yang kamu takuti. Anxiety sebenarnya memiliki manfaat yakni membuat diri menjadi lebih berhati-hati dan waspada. Namun, rasa cemas yang berlebih menjadi sesuatu yang tidak sehat. Apalagi, jika kecemasan tersebut sangat sulit untuk dikendalikan atau bahkan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Kecemasan atau anxiety timbul dari sesuatu yang akan terjadi. Biasanya ancamannya itu tidak langsung ada di depan mata, melainkan ada di dalam pikiran yang akan kita hadapi dikemudian hari. Namun, di masa pandemi ini, ancamannya terlihat sekali di depan mata, yang pasti akan membuat kita merasakan cemas yang berlebih. Orang akan menjadi cemas karena dia tidak bisa mengendalikan hidup di situasi ketidakpastian.
Studi di berbagai negara menunjukkan bahwa gangguan kecemasan menyebabkan kelainan psikologis selama pandemi COVID-19. Banyak orang khawatir tentang kehidupan mereka selama pandemi ini. Mulai dari kekhawatiran terinfeksi COVID-19, stres akibat kematian serta kehilangan keluarga atau teman, dan kehilangan penghasilan bahkan sampai dipecat. Sementara itu, laporan media yang secara terang-terangan memberitakan tentang angka penularan COVID-19 dan kematian yang semakin hari terus bertambah, membuat rasa takut dan cemas semakin tinggi. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki kekhawatiran, sekarang menjadi khawatir bahkan depresi selama pandemi.
Tanpa disadari, anxiety atau rasa cemas yang berlebihan ternyata dapat memengaruhi tubuh dan menyebabkan gangguan kesehatan mental maupun fisik, seperti nyeri otot, pusing, mudah lelah, sulit berkonsentrasi, kesulitan tidur, sakit perut, dan lainnya. Akan tetapi, anxiety ternyata lebih memengaruhi kesehatan mental kita. Saya melihat di situs halodoc, bahwa ada banyak sekali tipe gangguan kesehatan mental yang disebabkan oleh anxiety, seperti gangguan kecemasan umum, gangguan panik, fobia, gangguan kecemasan sosial, gangguan stres pascatrauma, dan gangguan obsesif kompulsif.
Saya pernah membaca kutipan dari seorang filsuf Yunani yaitu Epictetus yang isinya, "Bukan hal atau peristiwa tertentu yang meresahkan kita, tetapi persepsi kita akan peristiwa tersebut”. Saya rasa, anxiety atau kecemasan itu biasanya berasal dari persepsi terhadap peristiwa yang tidak bisa kita kendalikan, sehingga kita diharuskan fokus pada tindakan yang bisa kita kendalikan. Di masa pandemi ini, contoh tindakan terkendali yang bisa dilakukan antara lain, berolahraga, meditasi, menggambar, mendengarkan musik, menyiram tanaman, membantu ibu memasak, membaca buku, menonton film, dan lain sebagainya.
Bicara tentang anxiety yang terjadi kepada orang sekitar, saya sendiri pernah merasakannya. Saya juga memiliki beberapa tips dalam menjaga kesehatan mental yang disebabkan oleh anxiety, yaitu dengan mengurangi membaca berita di media sosial yang membuat rasa cemas semakin meningkat, mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, hindari konsumsi kafein secara berlebihan, memiliki waktu tidur yang cukup, menyibukkan diri dengan melakukan kegiatan positif, menghabiskan waktu dengan orang terdekat, berendam air hangat yang berfungsi untuk merelaksasikan otot kita yang tegang, dan jangan lupa untuk selalu berpikir positif karena tidak ada orang lain selain dirinya sendiri yang menciptakan rasa cemas yang dialaminya.
Anxiety itu sesuatu yang tidak bisa dihindari ketika kondisi kita penuh dengan tekanan, seperti di masa pandemi COVID-19 ini. Salah satu kunci dalam mengelola kecemasan adalah dengan melakukan penyeleksian informasi yang kita terima.
Ingin tahu informasi mengenai kesehatan lainnya? Pantau terus Djawanews dan ikuti akun Instagram milik Djawanews.