Djawanews.com – Plasenta adalah organ yang menjadi ‘jembatan’ bagi oksigen dan nutrisi yang diberikan kepada bayi dari makanan yang dikonsumsi ibu. Sehingga memiliki plasenta yang sehat selama masa kehamilan sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang bayi di dalam kandungan. Namun, ada beberapa kondisi plasenta yang bisa membahayakan ibu dan juga bayi di dalam kandungan. Salah satunya yang berbahaya adalah Pengapuran plasenta, apa itu?
Pengapuran Plasenta, Kondisi yang Membahayakan Ibu dan Janin
Pengapuran plasenta terjadi ketika adanya penumpukan kalsium di dalam plasenta ibu hamil. Kondisi ini membuat jaringan plasenta perlahan mengeras atau mengapur. Hal ini dijelaskan oleh Tanya Tantry, MD, ahli Obstetri dan Ginekologi seperti dikutip dari Flo.
Pengapuran plasenta umumnya terjadi saat mendekati akhir masa kehamilan. Ini merupakan kondisi alami yang merupakan bagian dari proses penuaan fisiologis plasenta. Namun, dalam beberapa kasus pengapuran plasenta juga bisa terjadi lebih awal, Moms.
Jika pengapuran plasenta terjadi lebih cepat, terutama sebelum usia kehamilan menginjak 36 minggu, maka bisa menyebabkan komplikasi bagi ibu dan bayi di dalam kandungan. Kondisi ini biasanya disebut sebagai pengapuran plasenta prematur.
Pengapuran plasenta yang terjadi lebih awal berisiko menyebabkan komplikasi, seperti hambatan pertumbuhan janin dan gawat janin empat kali lebih tinggi. Semakin dini pengapuran plasenta terjadi, maka semakin besar kemungkinan bayi akan lahir prematur.
Tidak ada gejala fisik tertentu bila ibu hamil mengalami pengapuran plasenta. Namun, salah satu gejala paling umum yang bisa diwaspadai adalah gerakan bayi di dalam kandungan yang menurun atau bahkan tidak bergerak sama sekali. Hal ini terjadi karena pasokan oksigen dan nutrisi ke bayi menjadi tidak maksimal karena plasenta yang mulai mengeras, Moms.
Ingin tahu informasi mengenai kesehatan lainnya? Pantau terus Djawanews dan ikuti akun Instagram milik Djawanews.