Djawanews - Theresia Indah Budhy Sulisetyawati resmi jadi Guru Besar Patologi Mulut dan Maksilofasial Univeristas Airlangga. Pemilik gelar akademik Prof. Dr. Theresia Indah Budhy Sulisetyawati, drg., M.Kes ini jadi Guru Besar FKG Unair ke-32. Semua berkat terobasannya. Apa itu?
Prof. There bareng empat guru besar lain yang dikukuhkan di Aula Garuda Mukti, Unair berhasil menemukan potensi besar khasiat Moringa oleifera atau daun kelor. Mereka yakin daun kelor bisa jadi obat anti-kanker. Hasil penelitian ini dibeberkan dalam orasi bertajuk ‘Pengembangan Terapi Kanker Rongga Mulut dengan Nanopartikel Moringa Oleifera’.
Bukan tanpa alasan There mengambil tema ini. Penyakit kanker, masih jadi momok buat warga Indonesia. Dan kasusnya cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Fakta lain yang bikin sedih, Indonesia sebagai negara dengan kasus kanker terbanyak di Asia Tenggara, setelah Vietnam.
“Angka kematian kanker di Indonesia 2 persen. Dan untuk kanker mulut prevalensinya naik dari 1,4 persen di tahun 2013 menjadi 1,8 persen di tahun 2018. Angka kejadian kanker di Indonesia pun mencapai 135.000 orang per tahunnya," ucap There.
Prof. There mati-matian coba menemukan obat anti-kanker dengan cara yang aman, alami, dan mudah didapat, khususnya di Indonesia. Potensi obat anti-kanker muncul pada tanaman kelor yang setelah diteliti mengandung berbagai zat aktif seperti fitokimia yang dapat menjadi agen anti-neoproliferatif penghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
Lalu mengapa nanopartikel daun kelor menjadi fokus utama penelitian?
Dilansir dari laman resmi Unair, Nanopartikel menjadi material biologis atau sintetik yang mampu menjadi bahan penghantar obat yang ukurannya lebih kecil daripada mikrosfer dan liposom.
“Nanopartikel mampu menembus ruang-ruang antar sel yang hanya dapat ditembus ukuran koloidal, stabilitas tinggi, terlindung dari degradasi, tolerabilitas yang sangat baik, toksisitas rendah pada hati, dan serangkaian kelebihan lain," jelas profesor.
“Kelebihan tersebut nantinya mampu mengikat molekul obat dalam jumlah memadai dengan efisiensi penyerapan yang sangat tinggi,” imbuh perempuan kelahiran Ujung Pandang, 7 Juni 1961 tersebut.
Dengan kelebihan nanopartikel itu, Prof. There menggunakan mekanisme apoptosis yang mendorong eliminasi dan menghilangkan sel-sel yang tidak dibutuhkan oleh tubuh.
Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa kematian sel kanker dapat didorong melalui apoptosis dan nekrosis. Pada konsentrasi 500 μg/ml dan 750 μg/ml banyak terjadi kematian sel kanker secara nekrosis, namun pada kosentrasi 250 μg/ml banyak ditemukan ekspresi Caspase-3.
Dalam penelitian ini kematian sel yang disebabkan oleh ekspresi caspase-3 merupakan kunci utama dari apoptosis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Nanopartikel Moringa Oleifera konsentrasi 250 μg/ml yang berbasis kitosan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan terapi kanker di rongga mulut yang lebih aman dan efektif.
“Potensi anti-kanker pada nanopartikel terbukti sangat besar, namun ke depannya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan uji ketahanan suatu bahan terapi. Mengingat daun kelor yang sangat mudah ditemukan diikuti dengan berdirinya prodi Rekayasa Nanoteknologi di UNAIR harapan besar terealisasinya terobosan ini akan terus kami usahakan,” pungkasnya di akhir orasi.