Djawanews - Ivermectin --obat cacing-- naik daun setelah diklaim dapat meningkatkan imunitas, anti peradangan dan hambatan replikasi virus penyebab Covid-19. Bahkan banyak pejabat yang ramai-ramai ikut mempromosikan keampuhan Ivermectin ini.
Seperti yang sudah-sudah terjadi di Indonesia, setiap barang yang jadi perbincangan banyak orang --apalagi urusan kesehatan-- harganya akan merangkan naik. Kini, harga Ivermectin tersebut mulai naik di toko daring atau e-commerce.
Penjual pada e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia mematok harga di kisaran Rp250 ribu hingga Rp355 ribu untuk 12 tablet dengan merek dagang Ivermax12. Sementara, harga untuk satu tablet setara Rp25 ribu hingga Rp35 ribu.
Sementara, sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan bahwa harga Ivermectin cukup murah yakni Rp5.000 hingga Rp7.000 ribu per tablet. Itu berarti, harga Ivermectin di e-commerce melambung 257 persen hingga 496 persen.
Berdasarkan penelusuran, Rabu, 30 Juni, salah satu penjual di Shopee menawarkan obat Ivermectin 12 miligram (mg), dengan merek dagang Ivermax12 dengan harga Rp250 ribu untuk 10 tablet. Obat ini sudah terjual sebanyak 13 box. Penjualan yang mendapatkan bintang lima ini berlokasi di Jakarta Utara.
Lainnya, menjual Ivermectin dengan harga Rp335 ribu untuk 10 tablet atau Rp33.500 untuk per tablet. Penjual ini berlokasi di Jakarta Timur dan telah menjual sebanyak 52 box.
Tak hanya di Shopee, hal serupa juga ditemukan pada e-commerce lainnya yakni Tokopedia. Salah satu penjual menawarkan Ivermax12 dengan harga Rp250 untuk 10 tablet atau Rp25 ribu per tablet. Penjual dengan kategori binatang lima ini berlokasi di Kota Tangerang dan telah menjual 520 box.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir berjanji akan memberikan obat terapi yang murah untuk mencegah maupun menyembuhkan Covid-19. Termasuk terhadap obat Ivermectin yang telah mendapatkan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Dengan harga obat yang murah dan terjangkau, saya yakin rakyat akan bisa mendapatkannya dengan mudah dan tidak akan menjadi beban. Terlebih untuk pencegahan terhadap COVID-19, tidak perlu selalu dikonsumsi dan hanya 2-3 tablet. Begitu pula untuk penyembuhan," kata Erick dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Selasa, 29 Juni.