Angka pengguna vape di Tanah Air semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena banyak orang mengklaim bahwa vape atau rokok elektrik ini adalah alternatif yang sehat dibandingkan merokok.
Asap yang dikeluarkan juga diyakini tidak akan membuat orang sekitar terganggu.
Namun faktanya, masih banyak informasi yang salah mengenai rokok elektrik tersebut. Banyak pengguna yang menolak untuk percaya ada bahaya di balik vape.
Inilah beberapa mitos seputar vape yang tak banyak diketahui orang
- Vape mengandung nikotin?
Vape mengandung nikotin adalah anggapan yang kurang tepat. Vape masih mengandung nikotin walau dalam jumlah yang tidak lebih banyak daripada rokok. Tingkat nikotin dalam vape biasanya memiliki satuan mg/ml.
Semakin besar angkanya, semakin tinggi pula konsentrasi zat berbahaya tersebut.
- Uap yang dihirup murni dan tak berbahaya
CDC melaporkan data penelitiannya yang menyebut bahwa cairan yang diisap saat vaping mengandung propilen glikol, zat perasa, zat karsinogenik (penyebab kanker), logam berat, dan zat-zat tambahan lainnya.
Nah, propilen glikol yang dilarutkan dan diuapkan bisa menyebabkan iritasi pada mata dan sistem pernapasan. Sedangkan zat perasa dalam liquid vape ternyata bisa membahayakan paru-paru ketika dihirup.
- Alternatif untuk berhenti merokok?
Sebuah studi yang fokus tentang hal ini menunjukkan hasil yang ambigu. Sebab, kebiasaan merokok bisa dikurangi meski tak berhasil untuk dihentikan.
Selain itu, tujuan dari berhenti merokok adalah untuk menghindarkan tubuh perokok dari nikotin. Namun jika beralih ke vape, tujuan itu tetap akan sulit untuk tercapai.
Untuk mengetahui ragam perkembangan peristiwa regional, nasional dan mancanegara terupdate, ikuti terus rubrik Berita Hari ini di warta harian Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan update lebih cepat, ikuti juga akun Instagram @djawanews.