Djawanews.com - Pandemi Covid-19 masih belum mendapatkan titik cerah. Hingga kini, dunia masih berjuang memerangi penyebaran virus tersebut.
Kini, para ahli tengah berusaha untuk memastikan kemunculan Virus Nipah tidak akan menjadi pandemi selanjutnya setelah Covid-19 berakhir.
Laman WHO menulis bahwa Virus Nipah adalah penyakit zoonosis. Virus ini ditularkan ke manusia dari hewan, tapi bisa juga ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung dari orang ke orang.
Sebagai "pendatang baru", virus ini menyebabkan berbagai penyakit infeksi asimtomatik (subklinis). Virus Nipah juga mengakibatkan penyakit pernapasan akut dan ensegalitis yang fatal.
Virus Nipah juga bisa menyebabkan penyakit parah pada hewan seperti babi. Hal ini juga dapat mengakibat kerugian ekonomi yang signifikan bagi peternak.
Wabah Virus Nipah pertama kali diketahui di Malaysia. Virus ini kemudian menyebar hingga Singapura.
Kebanyakan infeksi pada manusia disebabkan oleh kontak langsung dengan hewan yang sakit atau jaringan di tubuh hewan yang terkontaminasi.
Wabah berikutnya terjadi di Bangladesh dan India. Penyebabnya kemungkinan adalah orang-orang yang mengonsumsi buah-buahan atau produk buah-buahan seperti jus kurma mentah yang terkontaminasi urin atau air liur dari kelelawar buah yang telah terinfeksi.
Penularan Virus Nipah dari manusia ke manusia juga telah dilaporkan di antara keluarga dan perawat pasien yang terinfeksi. Tingkat kematiannya pun mencapai 75%, tergantung pada lokasi wabah.
Meski tengah dicegah agar tidak menjadi pandemi berikutnya, para ahli tetap sangat khawatir dengan kemunculan virus ini. Sebab, tingkat kematian akibat Virus Nipah sangat tinggi, apalagi virus ini juga belum ada obatnya.
Untuk mengetahui ragam perkembangan peristiwa regional, nasional dan mancanegara terupdate, ikuti terus rubrik Berita Hari ini di warta harian Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan update lebih cepat, ikuti juga akun Instagram @djawanews.