Djawanews.com – Ekonom senior INDEF, Faisal Basri mengatakan bahwa sampai kiamat pun investasi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tak akan balik modal. Pernyataan itu ditanggapi oleh Menteri BUMN Erick Thohir dengan mengatakan bahwa itu merupakan proyek jangka panjang sehingga dibutuhkan waktu 30 hingga 40 tahun lagi.
"Ya memang (manfaat) proyek infrastruktur itu lama. Kita enggak akan merasakan sampai kita meninggal, mungkin yang menikmati anak dan cucu kita," kata Erick Thohir dalam program Kick Andy, Minggu malam, 14 November.
"Saya enggak bilang pengamat itu salah. Tapi harus ada pemikiran supply dan demand. Saya enggak mau debat, karena saya bukan ahli ekonomi," imbuh Erick Thohir.
Mengutip kumparan.com, kita bisa menghitungnya berdasarkan biaya investasi proyek yang mencapai Rp 114,24 triliun, asumsi tarif Rp 228.800, jam operasional 05.00-22.00, waktu tempuh Jakarta-Bandung 46 menit, dan kapasitas 556 penumpang.
Jika melihat waktu tempuh 46 menit, berarti kereta cepat bisa bolak-balik Jakarta Bandung paling banyak 22 kali dari pukul 05.00-22.00.
Jika kita asumsikan kereta penuh terisi 556 penumpang dengan tarif Rp 228.800, sekali jalan kereta cepat mengantongi pendapatan Rp 127.212.800. Berarti dalam sehari jika kereta cepat terisi penuh terus dalam 22 perjalanan, pendapatannya sebesar Rp 2,798 miliar.
Dengan demikian, selama setahun beroperasi yakni 365 hari tanpa libur sehari pun dan penumpang selalu penuh, total pendapatannya setahun Rp 1,02 triliun.
Untuk mencapai pendapatan Rp 114,24 triliun saja, kereta cepat Jakarta-Bandung harus beroperasi penuh terus selama setahun dengan penumpang penuh selama 112 tahun.
Pendapatan Rp 1,02 triliun itu belum dikurangi dengan biaya operasional dan perawatan, gaji pegawai, serta biaya lainnya. Perhitungan ini juga belum memasukkan potensi pendapatan lain dari non-tiket penumpang, seperti penyewaan area stasiun kepada klien atau optimalisasi kereta untuk beriklan.
Dengan kata lain, kereta cepat Jakarta-Bandung bisa balik modal, tetapi membutuhkan waktu lebih dari seabad.