PT Garuda Indonesia berhasil keluar dari kerugian pada 2017 dan berhasil membukukan laba sekitar Rp 11 miliar.
Sejumlah masalah yang menerpa PT Garuda Indonesia Tbk beberapa waktu lalu tidak membuat kinerja emiten dengan kode GIAA tersebut menjadi anjlok. Berkat analisa pasar yang tepat, kinerja Garuda Indonesia tetap berada di jalur positif.
Pada tahun 2018, maskapai berpelat merah tersebut berhasil membukukan laba bersih sebesar 11,4 miliar rupiah setelah sebelumnya (tahun 2017) mengalami kerugian hingga Rp 3 triliun.
Lantas seperti apa analisis pasar PT Garuda Indonesia tesebut ?
PT Garuda Indonesia melakukan dua kerjasama operasional atau KSO pada 2018 dengan dua maskapai yaitu, PT air Asia Indonesia Tbk dan PT Sriwijaya Air.
Peniliti FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo mengungkapkan, ada beberapa kondisi yang dapat mendorong kinerja Garuda Indonesia agar tidak kendor pada 2019. Seperti adanya inovasi dari manajemen baru.
Pertama, GIAA menjalin KSO dengan maskapai lain seperti Sriwijaya dan Air Asia yang dinilai akan berdampak terhadap kenaikan jumlah penumpang dengan destinasi yang cukup luas.
Sekedar informasi, Garuda Indonesia dan Sriwijaya merupakan maskapai dengan penguasaan pangsa pasar yang sangat luas. Sekitar 51 persen pasar penerbangan tanah air dipegang oleh kedua maskapai tersebut.
“Maskapai Garuda akan menjadi leader di pasar penerbangan Indonesia yang sebelumnya dipegang oleh Lion Air. terutama segmen LCC yang memiliki peminat paling banyak,” terang Wisnu beberapa waktu lalu, seperti dikuto dari Bisnis.com
Selanjutnya, dari segi inovasi pelayanan. Konsumen Garuda Indonesia akan dimanjakan dengan fasilitas wifi serta sinema box office di dalam pesawat. Dan terahkir garuda mencoba melakukan penetrasi bisnis baru dengan merambat ke sektor usaha pesawat kargo.
Berbagai strategi pasar tersebut dinilai dapat membuat laba GIAA melonjak pada 2019. Akan tetapi, Wisnu menilai Garuda akan sulit mencapai target laba hingga sebesar Rp 1 triliun.
Namun dari segi saham, para pelaku pasar masih optimis terhadap potensi dari Garuda Indonesia. Angka valuasi dari Garuda pun sangat menjanjikan, meskipun PER masih negatif akibat pembukuan rugi bersih.
Di sisi lain, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Lee Young Jun memaparkan hasil analisa pasar PT Garuda Indonesia Tbk. menurutnya, selain ditopang oleh KSO, pendapatan Garuda Indonesia akan dapat meningkat dari infiltrasi Garuda ke bisnis pesawat kargo.
Namun,
Young Jun menilai, kontribusi bisnis pesawat kargo Garuda Indonesia tidak akan
berdampak terlalu signifikan terhadap pendapatan GIAA.