Harga batu bara sulit untuk bangkit karena perlambatan ekonomi global.
Harga batu bara sampai saat ini masih dianggap sulit untuk bangkit. Pada sesi perdagangan akhir pekan lalu (2/8/2019) ditutup di level US$ 72,7/metrik ton. Harga batu bara acuan Newcastle kontrak pengiriman September tercatat melemah 0,95% dalam sepekan.
Harga batu bara dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global
Sampai saat ini, pelambatan ekonomi global masih jadi sentimen yang membawa tekanan pada harga batu bara. Tidak hanya berdampak pada harganya, namun berdampak pada industri perdagangan lain.
Seperti yang diketahui, pada hari Kamis (1/8/2019) lalu Amerika Serikat telah mengirimkan delegasinya ke China. Delegasi tersebut melakukan perundungian untuk mengakhir perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Dalam perundingan yang sedang berjalan, Presiden AS Donald Trump justru mengatakan akan memberi tarif 10% pada produk impor asal China senilai US$ 300 miliar. Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Trump melalui akun twitter pribadinya.
“Perundingan dagang terus berlanjut, dan selagi berunding AS akan menerapkan tambahan kecil 10% bea masuk untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September. Ini tidak termasuk importasi senilai US$ 250 miliar yang sudah dikenakan bea masuk 25%,” tulis Trump melalui akun twitter pribadinya.
Belajar dari dampak perang dagang yang terjadi pada bulan Mei lalu, Bank Dunia (World Bank) dan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund) bersama menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dan 2020. Proyeksi tersebut diambil setelah melihat beberapa hal yang terjadi akibat perang dagang AS dan China.
Pada bulan Juni 2019, Bank Dunia menurunkan ramalan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 yang sempat diproyeksikan. Penurunan tersebut sebesar 0,3 persen poin, menjadi 2,6%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 juga dipangkas sebesar 0,1 persen poin menjadi 2,7%.
International Monetary Fund (IMF) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang sempat diambil. Tahun 2019 dan 2020 proyeksi diturunkan sebesar 0,1 persen poin menjadi masing-masing sebesar 3,25 dan 3,5%.
Penurunan dilakukan karena adanya keputusan Trump yang ingin menaikkan bea impor asal China senilai US$ 200 miliar menjadi 25% (dari yang semula 10%). Perlakuan tersebut dibalas oleh China, yang membebankan tarif tambahan sebesar 5-25% atas produk AS senilai US$ 60 miliar.
Meskipun saat ini perundingan dagang telah digelar, namun perekonomian global menghadapi risiko perlambatan ekonomi yang semakin parah. Terlebih lagi perundingan terakhir digambarkan tidak berjalan mulus.
Di pasar batu bara sendiri ketegangan pasar global bukan jadi hal yang baik. Karena biasanya pertumbuhan ekonomi global seringkali bergerak searah dengan pertumbuhan permintaan energi, termasuk di dalamnya adalah batu bara.
India sebagai pasar batu bara juga berencana mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi impor batu bara. Hal tersebut semakin memperparah harga batu bara. Seperti yang dilansir dari cnbcindonesia.com, pemerintah India tengah berencana untuk mengurangi setidaknya sepertiga volume impor batu bara dalam lima tahun mendatang.
Pengurangan impor batu bara India disebabkan karena adanya peningkatan produksi batu bara dalam negeri dan kenaikan output listrik dari sumber terbarukan. Penurunan permintaan batu bara dari India akan sangat mempengaruhi keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar global.