Djawanews.com – Tidak hanya melakukan ekspor sawit ke negara mitra dagang, limbah sawit Indonesia ternyata juga berpeluang diekspor ke Jepang. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun saat berada di Medan.
“Ketertarikan Jepang itu tercetus dalam seminar mengenai standar ISO bersama pihak Jepang di Jakarta pada 10 Februari 2020,” ujar Derom Bangun yang dikutip Djawanews dari Antara, Senin (24/02/2020).
Limbah Sawit Indonesia sebagai Sumber Energi Baru dan Terbarukan
Ketiga jenis limbah sawit yang dimaksud seperti cangkang sawit, tandan kosong, dan pelet dari hasil olahan tandan kosong Kelapa Sawit. Ketiga bahan tersebut selama ini memang digolongkan sebagai produk samping ataupun Limbah dari perkebunan dan pabrik Kelapa Sawit.
Derom mengatakan bahwa pihak Jepang sempat menegaskan pentingnya bahan bakar biomassa dalam rangka peningkatan produksi listrik di Jepang. Mereka ingin produksi energi mereka dilakukan dengan cara yang baru dan terbarukan.
Peneliti senior dari Jepang Takanobu Aikawa, kata Derom, juga menjelaskan bahwa porsi bauran energi baru dan terbarukan di Jepang akan ditingkatkan mencapai antara 3,7 sampai 4,6 persen dari produksi listrik total sekitar 6 sampai 7,2 Giga Watt.
“Untuk keperluan itu lah Jepang memerlukan peningkatan penggunaan bahan biomassa yang sebagian besar diimpor dari Indonesia,” jelas Derom.
Meski mereka menyatakan ketertarikan terhadap limbah sawit Indonesia, Jepang juga mengharuskan sertifikasi pada produk yang akan di ekspor. Jadi, sistem standardisasi ISPO perlu diperluas dan mencakup pabrik-pabrik pelet.
Seperti yang diketahui, Indonesia saat ini menjadi salah satu negara penghasil sawit terbesar di dunia. Salah satu daerah yang mampu menghasilkan sawit dengan jumlah besar adalah Kalimantan Timur. Wilayah tersebut diketahui memiliki perkebunan kelapa sawit dan menjadi produsen Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia.