Permintaan sepatu dalam beberapa waktu terdekat akan mengalami kenaikan.
Produk sandang seperti sepatu dan alas kaki nampaknya tidak akan ada habisnya. Meskipun sekarang industri alas kaki di Indonesia sedang mengalami kelesuan, diprediksi permintaan sepatu bakal meningkat.
Permintaan Sepatu Meningkat di 2023
Dilansir dari bisnis.com, Selasa (13/8), Asosiasi Persepatuan Indonesia memproyeksikan jika konsumsi sepatu per kapita pada 2023 akan naik menjadi 3 pasang dari posisi saat ini di level 2 pasang hingga 2,5 pasang.
Industri alas kaki lokal, menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia Firman Bakrie bakalan dapat memenuhi peningkatan permintaan tersebut lantaran proyeksi investasi dalam waktu depan sudah diselaraskan.
Menurut Firman akan terjadi peningkatan permintaan alas kaki pada kelas menegah dan juga kelas menengah atas. Hal tersebut akan mendorong pertumbuhan konsumsi.
Untuk menggenjot daya ekspor, maka diharapkan para pemangku kepentingan untuk membantu menghentikan impor alas kaki ilegal, sehingga produsen alas kaki lokal dapat tumbuh. Kendati demikian, memungkinkan jika produsen alas kaki berorientasi ekspor kedepannya akan melirik pasar lokal.
Fiman menyatakan jika pergeseran orientasi produsen alas kaki tidak bisa terjadi secara otomatis. Dia mencontohkan pasar Amerika dan Eropa (dengan harga pasar Indonesia di kisaran Rp500.000—Rp1 juta) maka tidak akan bisa bergerak otomatis.
Di lain sisi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai jika permintaan produk manufaktur di masa depan tidak bisa diharapkan untuk tumbuh setinggi pada era Generasi X.
Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Wakil Ketua Apino Shinta Widjaja Kamdani, yang mengatakan ada perbedaan generasi konsumen pada masa depan dan menyebabkan permintaan produk manufaktur masa depan didasari oleh pengalaman yang didapatkan konsumen.
Sektor manufaktur di masa mendatang, menurut Shinta, harus memiliki biaya produksi dan rantai pasok yang efisien, untuk menghadapi pertumbuhan konsumsi yang lebih rendah dan stabil. Hal tersebut membuat kompetisi antara pelaku industri akan semakin ketat di pasar lokal dan global.
Tidak hanya pada industri alas kaki, Shinta memperkirakan jika produk consumer goods dengan segmen kelas menengah atau menengah atas juga akan mengalami peningkatan permintaan antara lain garmen, alas kaki, kendaraan bermotor, households electronics, furnitur, serta makanan dan minuman.
Terkait dengan daya ekspor alas kaki, sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pada periode Januari—Juni 2019, ekspor alas kaki senilai US$2,2 miliar turun 12,17% dibandingkan tahun sebelumnya dengan nilai US$2,5 miliar.
Sebelumnya bisnis.com (24/7), menghimpun data dari asosiasi ekspor sepatu yang melakukan pengiriman di Tanjung Priok selama semester I tahun 2019, memiliki nilai US$1,55 miliar. Angka tersebut turun senilai US$652,07 juta atau 29,59%. Apakah permintaan sepatu akan meningkat di tahun depan? Semoga!