Faktor eksternal masih menjadi penghambat dari labilnya nilai tukar rupiah.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdo) berada di level Rp 14.254 . rupiah tumbuh tidak signfikan yakni sebesar 0,06 persen ketimbang level sebelumnya.
Meskipun rupiah menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI)/Jisdor, akan tetapi rupiah masih bergerak fluktuatif di pasar spot dalam beberapa waktu terahir.
Pada perdagangan di pasar spot, nilai tukar rupiah masih terpantau labil. Saat ini per satu dolar Amerika Serikat dibanderol sebesar Rp 12.255 alias melemah sebesar 0,04 persen.
Rupiah juga sempat terpantau menguat sebesar 0,07 persen di pasar spot. Namun penguatan itu tidak berlangsung lama. Dan selang satu jam kemudian rupiah kembali terkoreksi.
Faktor koreksi nilai tukar rupiah di pasar spot
Dikutip dari CNBCIndonesia.com, Saat ini, nilai tukar rupiah tidak menunjukkan konsistensi penguatan di pasar spot. Rupiah selalu bergerak dalam kisaran terbatas. Bahkan pada perdagangan kemarin nilai tukar rupiah berada di level sama dengan perdagangan sebelumnya.
Ada beberapa faktor yang dianggap sebagai sebab labilnya nilai tukar rupiah seperti isu resesi global yang masih menjadi momok bagi Indonesia dan negara-negara lainnya.
Adanya isu resesi ini dapat kita lihat dari return dari obligasi pemerintah AS dengan tenggat waktu dua dan 10 tahun yang masih mengalami pembalikan.
Ini menunjukkan yield alias imbal hasil surat utang negara pemerintah AS dengan tenor pendek lebih besar dibanding dengan tenor atau tenggat waktu panjang. Para pelaku pasar menilai bakal ada risiko besar dalam waktu dekat.
Sebagai informasi, dalam lima resesi terahkir yang dialami oleh AS selalu dimulai dengan pembalikan hasil alias inversi imbal hasil di dua tenor obligasi milik Paman Sam ini. maka tidak heran jika para pelaku pasar masih khawatir dengan hantu resesi global.
Faktor kedua yakni adanya perkembangan proses keluarnya Inggris dengan Uni Eropa atau Brexit yang menyebabkan situasi plitik di Inggris menjadi panas. Kondisi tersebut menyebabkan para investor belum berani untuk bermain secara terbuka.
Dua faktor eksternal yakni isu resesi dan kegaduhan brexit di Inggris membuat investor menahan diri untuk terjun ke pasar dan mejauh aset berisiko seperti rupiah. Oleh karenanya tidak mengherankan jika nilai tukar rupiah menjadi terkoreksi di pasar spot.