Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali meroket di Bursa Malaysia Derivatif Exchange pada hari ini, Jumat (13/10/2019).
Pada Kamis kemarin, harga CPO terkoreksi sebesar 0,02 persen ke level 2.872 per ton dari perdagangan sebelumnya.
Kini, CPO berhasil mencetak rekor tertingginya setelah berhasil naik sebesar 1 persen ke level RM 2.920 per ton di bursa dikutip dari CNBC Indonesia.
Harga minyak sawit didorong penipisan stok
Melansir CNBC Indonesia, Harga komoditas CPO terus meroket pasca muncul ketakutan akan adanya pelemahan dari segi pasokan.
Harga yang kembali meroket mengindikasikan pasar masih takut akan risiko pengurangan stok di tengah tingginya permintaan pada tahun 2020.
Di sisi lain, intensitas hujan di Indonesia dan Malaysia yang masih rendah diprediksi dapat menekan produksi minyak sawit.
Bahkan, petani juga telah menggunakan pupuk yang lebih rendah, sebab harga minyak sawit terkoreksi dan berada di level terendah dalam beberapa tahun terakhir.
Asal tau saja, stok minyak sawit Malaysia pada bulan November juga anjlok ke level terendah sejak tiga bulan terakhir akibat penurunan produksi musiman. Akan tetapi, ekspor Negeri Jiran tersebut juga turun akibat penurunan permintaan dari sejumlah importir raksasa.
Pada November 2019, stok minyak sawit Malaysia anjlok 4,1 persen ke level 2,26 juta ton ketimbang bulan sebelumnya.
Berdasarkan survei yang dilakukan Reuters, stok akan turun sampai 5 persen ke level 2,22 juta ton.
Sementara itu, menurut survei paling baru dari surveyor kargo Societe Generale de Surveillance mengatakan ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode pertama 10 Desember 2019 anjlok 11,4 persen ke level 376.659 ton dari periode yang sama pada November sebesar 425.010 ton.
Sebagai informasi, mulai tahun depan, Malaysia akan menaikkan pajak ekspor untuk CPO hingga 5 persen, menurut dewan minyak sawit Malaysia (MPOB) mengutip Reuters.
Masih dari Reuters, Indonesia, selaku produsen sawit terbesar di dunia menginfokan akan mulai mengaplikasikan program B30 pada Januari 2020 dan B40 di tahun 2021-2022.
Malaysia sendiri berencana menerapkan mengimplementasikan program B20 pada tahun depan dan diproyeksikan membutuhkan, 16 juta ton minyak sawit. Adapun program B30 di Indonesia diprediksi membutuhkan 10 juta ton minyak sawit .