Defisit produksi nikel masih menjadi penentu naiknya harga nikel global.
Harga nikel kembali mengalami kenaikan dan diprediksi akan berhasil menduduki level tertingginya sejak 2014 silam. Naiknya harga komoditas tambang ini diprediksi karena adanya spekulasi pasar bahwa logam dasar untuk pembuatan baja tersebut bakal mengalami defisit produksi yang sangat signifikan.
Saat ini Indonesia memiliki pernan yang sangat vital bagi pasar nikel pasca industri baja China mulai menggunakan nickel pig iron sebagai inpur alternatif nikel olahan sejak 10 tahun silam.
Ekspor bijih nikel Indonesia telah memberikan kontribusi terhadap industri baja nirkarat negara tirai bambu ini. pasalnya China merupakan konsumen utama dari ekspor bijih nikel dari Indonesia.
Larangan ekspor sebabkan harga nikel melonjak tajam
Melonjaknya harga nikel juga tidak bisa di jauhkan dari keputusan pemerintah Indonesia selaku eksportir utama nikel yang memajukan kebijakan larangan ekspor nikel dari rencana awal yakni awal 2022 menjadi 1 Januari 2020 juga menjadi faktor pemicu naiknya harga nikel.
Menurut Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim, kenaikan harga nikel di sokong penuh oleh keputusan pemerintah Indonesia yang berencana memajukan penerapan kebijakan larangan ekspor bagi komoditas tambang bijih nikel.
“Sentimen-sentimen ini sangat mengangkat harga nikel secara signifikan, bahkan sekarang harga nikel sudah melampaui harga timah,” terang Ibrahim, Senin (2/9/2019) seperti dilansir dari Bisnis.com.
Dia memproyeksikan, nikel akan berada di posisi tertingginya pada 2014 lalu yakni sektar 21.000 dollar Amerika Serikat per ton.
Ucapan Ibrahim juga dibenarkan oleh CEO Global Ferronickel Holdings Inc. Dante Bravo, yang mengungkapkan, majunya larangan ekspor pemerintah Indonesia akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan harga nikel, bijih nikel serta besi kasar nikel.
“Mengingat kemungkinn adanya keterbatasan pasokan yang akan datang lebih awal, pembeli China juga mungkin datang untuk memesan nikel lebih awal,” papar Dante, Senin (2/9/2019) seperti dilansir dari Bloomberg
Sebagai informasi, nikel merupakan satu-satunya logam dasar yang menunjukkan kinerja paling top sejak Januari 2019 disaat komoditas tambang lainnya banyak yang terkoreksi.
Pada bursa London harga nikel berhasil tumbuh sebesar 67,45 persen secara year to date (Ytd).
Shanghai Metals Market menilai larangan ekspor Indonesia akan semakin menguatkan defisit nikel pada kisaran 100.000 ton pada 2020 atau 11 persen dari total permintaan. Adapun pemasok lainnya seperti Filipina diprediksi tidak akan mampu mencukupi kebutuhan tersebut.
Pada perdagangan Senin (2/9/2019) harga nikel di bursa London, harga nikel berada di level 18.547,5 dollar AS per ton alias tumbuh 3,62 persen dari level sebelumnya.
Sementara itu, harga nikel di bursa Shanghai untuk kontrak bulan November berada di posisi 136.960 yuan per ton atau naik 6 persen.