Badai Dorian dan efek perang dagang disinyalir menjadi penyebab harga minyak dunia turun.
Harga minyak dunia turun menyusul kekhawatiran global akan dampak Badai Dorian dan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang belum mereda.
Berdasarkan data Bloomberg, sebagaimana dilansir bisnis.com (3/9/2019) harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 33 sen ke level US$54,77 per barel di New York Mercantile Exchange.
Faktor yang Mempengaruhi Harga Minyak Dunia Turun
Minyak mentah WTI bahkan tercatat menyentuh level terendah intraday di angka US$54,34. Selain itu minyak acuan global Brent kontrak November 2019 juga mengalami penurunan tajam US$1,77 ke level US$58,66 per barel.
Badai Dorian yang terjadi juga berdampak langsung pada pengurangan permintaan untuk bensin dan diesel. Presiden Lipow Oil Associates LLC Andy Lipow menyatakan jika berbagai produk memang menjadi penyebab pasar lesu. Hal tersebut kemudian membuat minyak mentah mengikutinya.
Badai Dorian hingga saat ini masih bergerak tidak menentu, dan menuju ke garis pantai Florida pada Senin malam. Faktor lain, tarif baru yang ditetapkan pemerintah AS terhadap barang-barang China juga menjadi pememicu kekhawatiran akan permintaan pasar.
Sebagaimana diketahui, Washington mulai mengenakan tarif 15 persen (senilai US$110 miliar) pada produk impor asal China. Negeri Tirai Bambu kemudian membalasnya dengan pengenaan tarif baru pada minyak mentah asal AS.
Dampak yang paling bisa dilihat atas adanya perang dagang adalah memburuknya kinerjan manufaktur China selama bulan Agustus. Berdasarkan data PMI China yang dirilis oleh Caixin Media dan IHS Markit pada Senin (2/9) menunjukkan adanya ekspansi level tertinggi sejak Maret 2019.
Namun PMI manufaktur China tetap berkontraksi dengan turun menjadi 49,5, pada Sabtu (31/8/2019), yang sejalan dengan sub-indeks, dengan menunjukkan kontraksi pesanan domestik dan pesanan baru di luar negeri.
Hingga saat ini pemerintah China dan AS masih berupaya menyepakati jadwal pertemuan yang direncanakan bulan September ini. Namun ketidakpastian ekonomi akan terus terjadi di tengah agenda pasar minyak.
Bloomberg mencatat jika kondisi pasar saat ini akan semakin mundur lantaran perselisihan yang berlarut-larut antara AS dan China. Kemudian diprediksi akan adanya pelonggaran dari bank sentral untuk menopang daya tarik aset berisiko.
Selain karena ancaman badai dan perang dagang, kondisi perekonomian Jerman dan Inggris yang sedang terupuk juga menjadi beban pasar. Hal tersebut sebagaimana Perdana Menteri Inggris Boris Johnson peringatkan jika negaranya menghadapi ancaman pemilu dalam beberapa pekan.
Selain faktor diatas, sebab harga minyak dunia turun adalah lantaran krisis politik mengenai Brexit atau perpisahan Inggris dari Uni Eropa yang berlarut-larut.