Djawanews.com – Penceramah Muhammad Yahya Waloni akan jalani sidang tuntutan atas perkara dugaan penistaan agama serta ujaran kebencian, hari ini Selasa (28/12).
Pada sidang yang akan digelar pukul 10:00 WIB di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan ini, terdakwa Yahya Waloni diperkirakan tidak hadir secara langsung dalam ruang persidangan.
Humas PN Jakarta Selatan Haruno mengatakan, terdakwa Yahya Waloni akan menjalani sidang melalui sambungan virtual dari Rumah Tahanan Bareskrim Mabes Polri.
"Iya (melalui virtual) seperti sidang sebelumnya," kata Haruno dikutip dari Tribunnews.co.
Dari informasi di persidangan sebelumnya, terdakwa kasus dugaan penistaan agama serta ujaran kebencian, Muhammad Yahya Waloni mengungkapkan jika, isi ceramahnya telah mencoreng suatu kepercayaan agama tertentu awalnya merupakan sebuah candaan semata.
Hal itu diungkapnya dalam sidang lanjutan perkara tersebut dengan agenda pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa (21/12).
awalnya, jaksa penuntut umum (JPU) menanyakan mengenai apa yang diujarkan Yahya Waloni dalam ceramahnya di Masjid Jenderal Sudirman World Trade Center Jakarta pada Agustus 2019.
"Kata-kata negatif apa yang saudara katakan?," tanya jaksa.
“Ya seperti itu kata roh kudus dikatakan roh kudis, kitab bible kristen mateus markus lukas stefanus jadi tetanus, cap tikus dan lain sebagainya. seingat saya itu," jawab Yahya dalam keterangannya.
Mendengar penjelasan itu, jaksa lantas menanyakan motivasi atau niatan dari Yahya mengutarakan pernyataan tersebut.
Berdasarkan pengakuannya, ungkapan itu dilontarkan hanya untuk bercanda kepada ratusan jamaah yang hadir saat itu.
"Apa alasan terdakwa mengatakan hal tersebut?," tanya lagi jaksa.
"Alasannya saya tidak mengikuti emosional saya untuk situasi itu, saya pakai hanya sebagai candaan, tapi ternyata saya terlampau kasar, etikanya benar-benar enggak," ujar Yahya.
Padahal waktu itu, dirinya sadar kalau kegiatan ceramah yang bertema "nikmatnya Islam" itu sedang direkam oleh pihak panitia DKM Masjid Jenderal Sudirman World Trade Center Jakarta.
Hanya saja dia tidak mengetahui kalau ternyata tayangan itu masuk dalam Live Streaming akun YouTube dan Facebook milik Panitia Masjid.
"Apakah ada panitia yang mengkonfirmasi pada saudara akan disiarkan atau gimana?," tanya jaksa
"Tidak diberitahukan," kata Yahya.
"Namun ketika saudara melihat kamera tersebut apa yang saudara lakukan?" tanya jaksa lagi.
"Sepengetahuan saya itu hanya dokumentasi orang yang merekam saja," kata Yahya.
Diketahui dalam perkara ini Yahya Waloni didakwa atas kasus dugaan penistaan agama sehingga menimbulkan kebencian di antara umat beragama.
Dalam dakwaannya jaksa turut mengungkapkan posisi perkara dari Yahya Waloni, hal ini bermula pada Rabu 21 Agustus 2019 saat itu terdakwa sebagai penceramah diundang oleh DKM masjid Jenderal Sudirman World Trade Center Jakarta untuk mengisi kegiatan ceramah dengan tema “nikmatnya islam”.
Jaksa mengatakan, dalam acara tersebut turut dihadiri sekitar 700 jamaah, namun dalam isi ceramahnya, Yahya menyampaikan materi yang menimbulkan rasa kebencian antar individu dan atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan SARA.
Isi ceramah dari Yahya menyangkut ungkapan yang berpotensi menimbulkan kebencian terhadap umat kristen sehingga materi ceramah dapat menyakiti umat kristiani.
Padahal selain didengar oleh jamaah masjid tersebut, ceramah itu juga ditayangkan secara langsung (live streaming) di akun media sosial yang dimiliki oleh mesjid WTC yaitu youtube dan facebook sehingga dapat ditonton oleh khalayak ramai.
Atas hal itu, Yahya Waloni didakwa dengan dakwaan alternatif yaitu pertama pasal 45a ayat (2) jo pasal 28 ayat (2) undang-undang no 19 tahun 2016 tentang perubahan atas undang-undang no 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (ITE), atau kedua, pasal 156a Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) atau ketiga, pasal 156 KUHP.