Djawanews.com – Pemerintah akan menerapkan vaksin booster atau dosis ketiga sebagai syarat penggunaan fasilitas umum (fasum). Pernyataan terkait vaksin booster ini disampaikan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito.
Alasan pemerintah menekankan vaksin booster untuk penggunaan umum karena untuk meningkatkan cakupan vaksin booster secara nasional. "Saat ini, untuk kegiatan masyarakat berskala besar sudah mensyaratkan untuk wajib vaksin booster bagi pesertanya," ujar Wiku Adisasmito dilansir dari akun YouTube BNPB, Minggu 3 Juli.
"Ke depannya akan menjadi persyaratan juga untuk dapat memasuki fasilitas publik. Untuk itu, mohon segera melakukan vaksin booster, dan ajak seluruh keluarga dan kerabat untuk segera melakukannya," ujarnya.
Menurut Wiku, sejauh ini vaksinasi dosis ketiga nasional masih sangat di bawah target. Bahkan mayoritas daerah cakupan vaksin booster kurang dari 30 persen.
"Cakupan vaksin booster masih belum signifikan, peningkatan di mana cakupan nasional baru sebesar 24 persen. Selain itu, 28 dari 34 provinsi cakupan vaksinnya masih di bawah 30 persen," tuturnya.
Wiku mencatat hanya enam daerah yang cakupan vaksinnya di atas 30 persen. Bali menjadi daerah dengan cakupan vaksin booster tertinggi. Kementerian Kesehatan memprediksi kasus COVID-19 sebentar lagi akan mencapai puncaknya.
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan lonjakan kasus COVID-19 saat ini dipicu varian Omicron BA.4 dan BA.5. "Jakarta yang paling banyak kena Omicron. Jakarta sebentar lagi sampai puncaknya," ujarnya, dalam siaran persnya, di Gedung Kemenkes RI Jakarta Selatan.
Berdasarkan data, puncak kasus COVID-19 di tingkat populasi terjadi ketika dominasi varian virus sudah di atas 80 persen dari total populasi. "Itu terjadi di saat Delta dan Subvarian Omicron BA.1 dan BA.2," ucapnya.
Menurut Budi, hasil penelitian genom sekuensing terhadap 1.200 lebih pasien di Jakarta, sudah didominasi varian Omicron. Namun, jumlah pasien yang dirawat dan meninggal relatif rendah.
"Jumlah 1.200 itu angka yang lumayan. Tapi yang masuk rumah sakit rendah hanya sepuluh pasien. Beda saat gelombang Delta yang rumah sakitnya penuh," katanya lagi.
Sebelumnya, Menkes menyebutkan COVID-19 akan kembali naik menyentuh angka puluhan ribu dalam satu hari. Hal itu diungkapkan Menkes di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
"Kira-kira nanti ya estimasi berdasarkan data di Afrika Selatan, mungkin puncaknya kita di 20.000 per hari," ujar Menkes Budi, Kamis 16 Juni.
Lonjakan kasus akibat BA.4 dan BA.5 hanya sepertiga dari puncak varian Delta dan Omicron yang mencapai 60.000 per hari. "Kami mempelajari polanya BA.4, BA.5 di negara lain seperti apa. Jadi, kita amati di Afrika Selatan sebagai negara pertama yang BA.4, BA.5 masuk, puncaknya itu sepertiga dari puncaknya Omicron atau Delta sebelumnya," ungkapnya.
Kendati ada lonjakan kasus COVID-19, lanjut Budi, tingkat fatalitas atau kematian akibat BA.4 dan BA.5 jauh lebih rendah dibandingkan varian Delta dan Omicron. Pada kesempatan yang sama, Budi memprediksi puncak gelombang BA.4 dan BA.5 diprediksi akan terjadi pada minggu ketiga di bulan Juli 2022.
Namun, Dia meyakini kasus COVID-19 di Indonesia akan kembali menurun. "(Puncak) 1 bulan sesudah (kasus) diidentifikasi. Jadi sekitar minggu ketiga, minggu ke-4 Juli dan kemudian nanti akan turun kembali," tukasnya.
Kemenkes menyatakan, bahwa gejala subvarian COVID-19 BA.4 dan BA.5 lebih ringan dibanding varian Omicron maupun Delta "Subvarian BA.4 dan BA.5 ini lebih ringan gejala yang ditimbulkan dibanding dengan Omicron sebelumnya maupun dari Delta," kata Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril dalam diskusi daring, Jumat 17 Juni.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, bahwa gejala subvarian COVID-19 BA.4 dan BA.5 lebih ringan dibanding varian Omicron maupun Delta.
"Subvarian BA.4 dan BA.5 ini lebih ringan gejala yang ditimbulkan dibanding dengan Omicron sebelumnya maupun dari Delta," kata Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril dalam diskusi daring, Jumat 17 Juni.
Selain itu, subvarian BA.4 dan BA.5 memiliki karakteristik untuk menurunkan kemampuan terhadap terapi beberapa jenis antibodi monoklonal.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.