Djawanews.com – Menko Polhukam Mahfud MD meminta polisi menangkap Pendeta Saifuddin Ibrahim yang menurutnya telah membuat gaduh masyarakat. Merespon hal itu, Pendeta Saifuddin menyebut bahwa Pancasila jauh lebih baik dari kitab-kitab suci dari Arab.
Pada mulanya Pendeta Saifuddin membalas pernyataan Menko Polhukam Mahfud MD yang menyebutnya telah melakukan penistaan agama.
Menurutnya, Mahfud MD tidak pantas mengomentari pernyataannya yang ditujukan kepada Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa derajat Mahfud MD telah turun karena sudah mengomentari pernyataannya, ia menyebut bahwa derajat Mahfud MD telah turun.
Pernyataan itu disampaikan Pendeta Saifuddin Ibrahim melalui channel Youtubenya yang diunggah pada Kamis, 17 Maret.
“Saya senang dengan UU dan Pancasila. Artinya Pancasila ini lebih bagus dari kitab dari Arab itu,” ujarnya.
Pendeta Saifuddin juga menyatakan bahwa pernyataannya itu bisa dibuktikan.
Dulu sebelum Indonsia merdeka, ujarnya, kehidupan beragama di Indonesia berjalan damai.
“Karena agama mereka itu Sunda Wiwitan, Madura Tua, Jawa kejawen, Sapto Darmo,” kata dia.
Menurutnya, itu adalah kepercayaan sebelum Islam datang.
“Hindu, Budha, mereka damai. Tetapi begitu datang Islam, lalu Kristen, yang berantem Islam dan Kristen,” tuturnya.
Ia kemudian menceritakan tentang sejarah agama di tanah Jawa.
“Orang Hindu, Kerajaan Mataram, kabur ke Bali. Tinggal itulah sisa Hindu di Indonesia,” ujar dia.
“Karena diberantakin sama Kerajaan Islam Demak,” sambungnya.
- Pendeta Saifuddin Ibrahim Malah Remehkan Polisi Bilang Enggak Takut: Saya Lebih Takut dengan FPI
- Akhirnya Pendeta Saifuddin Jadi Tersangka Penistaan Agama, Bakal Dikejar ke Amerika?
- Pendeta Saifuddin Kembali Berulah, Menantang dan Sebut Allah Sebagai Penista: Kalau Tidak Mau Dinista, Jangan Menista!
Karena itu, ia menantang Mahfud MD membuka ruang diskusi untuk kedamaian antar umat beragama di Indonesia.
“Jangan menutup akun saya. Bapak kok minta tutup akun. Bapak tidak demokratis,” katanya
“Berapa sih kekuatan pukulan omongan saya? Gak seberapa, pak. Gak ada artinya apa-apa,” lanjutnya.
“Saya hanyalah anjing mati di hadapan semua saudara saya di Indonesia,” ujar Pendeta Saifuddin.
Tidak hanya itu, Pendeta Saifuddin juga menyebut bahwa dirinya tidak memiliki kekuatan apa-apa sehingga jika diciduk Breskrim sekalipun, ia tidak akan bisa melawan.
“Saya menyerahkan diri dengan sebaik-baiknya, saya tidak melawan,” katanya.
Akan tetapi, ia meminta agar polisi lebih dulu menangkap Ustad Abdul Somad yang dinilainya juga telah memicu perpecahan antar umat beragama.
“Saya minta tangkap dulu itu Abdul Somad yang menjadi sumber kekacauan ini,” tegasnya.