Djawanews.com – Penceramah, Sugi Nur Rahardja atau Gus Nur ikut mengkritik rencana pemerintah menaikkan harga tiket naik Candi Borobudur menjadi Rp750.000. Menurutnya, rezim ini tidak memikirkan rida Tuhan dan rida rakyat dalam mengambil sebuah keputusan.
Gus Nur menegaskan bahwa merombak kabinet bukanlah solusi persoalan negara ini, tetapi harus mengganti rezim, mengganti Presiden.
“Saya paham rezim ini memang panas duit, nafsu duit,” kata Gus Nur melalui kanal YouTube Gus Nur 13 Official, dikutip pada Rabu, 8 Juni.
“Tercekik riba, tercekik hutang, ya hutang budaya, hutang politik, hutang moral, hutang janji, hutang nyawa bahkan, hutang hutang janji politik, janji kampanye,” sambungnya.
Gus Nur menilai bahwa rezim Joko Widodo (Jokowi) tercekik utang, baik utang kepada oligarki maupun kepada rakyat.
“Jadi, maju mundur, rezim ini blunder,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan aturan baru terkait kuota dan harga tiket pengunjung Candi Borobudur.
Tidak hanya menaikkan harga tiket, Luhut juga mengatakan bahwa pemerintah berencana membatasi kuota turis yang ingin menaiki Candi Borobudur menjadi hanya 1200 orang per hari.
Selain itu, akan diberlakukan tarif 100 dollar untuk wisatawan mancanegara dan Rp750 ribu untuk wisatawan domestik.
Namun khusus untuk pelajar, harga tiket menaiki Candi Borobudur jauh lebih murah yakni hanya Rp5.000.
“Kami juga sepakat dan berencana untuk membatasi kuota turis yang ingin naik ke Candi Borobudur sebanyak 1200 orang per hari, dengan biaya 100 dollar untuk wisman dan turis domestik sebesar 750 ribu rupiah. Khusus untuk pelajar, kami berikan biaya 5000 rupiah saja,” kata Luhut Binsar Pandjaitan melalui akun Instagramnya, Minggu, 5 Juni.
Perlu diperhatikan, harga Rp750.000 adalah tiket untuk naik Candi Borobudur. Sedangkan tiket masuk kawasan Candi Borobudur tetap sama seperti sebelumnya, yakni Rp50.000 per orang.
“Langkah ini kami lakukan semata-mata demi menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya nusantara,” katanya.
Selain masalah tiket, turis juga nantinya diharuskan menggunakan pemandu wisata (tour guide) dari warga lokal sekitar kawasan Borobudur.
“Ini kami lakukan demi menyerap lapangan kerja baru sekaligus menumbuhkan sense of belonging terhadap kawasan ini sehingga rasa tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan salah satu situs sejarah nusantara ini bisa terus tumbuh dalam sanubari generasi muda di masa mendatang,” katanya.