Djawanews.com - Sonita Alizadeh dalah rapper sekaligus aktivis perempuan Afghanistan. Baru-baru ini, ia mendesak para pemimpin dunia untuk membela hak-hak perempuan di bawah kekuasaan Taliban.
Taliban yang menguasai Afghanistan sejak 15 Agustus 2021 lalu pernah berjanji akan memperjuangkan hak-hak perempuan. Mereka juga ingin lebih moderat dibandingkan sat berkuasa pada 1996-2001 lalu.
Mengenai hal ini, Sonita meminta pemerintah dunia dan publik jangan langsung percaya atau tidak tertipu dengan janji-janji Taliban tersebut.
"Apa yang tersisa dari rakyat kita? Bagaimana nasib perjuangan dan pencapaian selama 20 tahun terakhir? Jangan tertipu oleh topeng yang ditampilkan Taliban di berita," katanya.
Taliban yang kembali berkuasa telah menerapkan sejumlah peraturan yang justru merugikan kaum perempuan. Taliban kembali menerapkan kebijakan konservatif, misalnya mewajibkan perempuan memakai pakaian tertutup, tidak boleh bekerja, harus diam di rumah, bahkan tak boleh berolahraga.
Tidak Boleh Bekerja
Larangan perempuan bekerja ini senada dengan pernyataan anggota senior Taliban, Waheedullah Hashimi. Ia mengatakan telah berjuang selama hampir 40 tahun untuk membawa sistem hukum syariah ke Afghanistan.
"Syariah tidak mengizinkan laki-laki dan perempuan berkumpul dan duduk bersama di bawah satu atap," katanya.
Sementara itu, larangan perempuan berolahraga disampaikan oleh Wakil kepala komisi budaya Taliban Ahmadullah Wasiq.
"Islam dan Imarah Islam tidak mengizinkan perempuan bermain kriket atau olahraga yang membuat mereka terekspos," tuturnya.
Sementara Menteri Pendidikan Taliban Abdul Baqi Haqqani tidak menyebut hak-hak pendidikan bagi kaum perempuan. Ia hanya mewajibkan guru dan siswa laki-laki menghadiri lembaga pendidikan.
Taliban kini dilaporkan telah menghapus Kementerian Perempuan. Fungsinya digantikan dengan Kementerian Amar Ma'ruf Nahi Munkar.