Djawanews.com – Foto-foto warga sipil Ukraina yang terbunuh oleh penembakan pasukan Rusia di luar Kyiv beredar dalam beberapa hari terakhir. Foto-foto ini sangat menyayat hati sampai memicu kemarahan di negara tersebut, termasuk dari sang Presiden, Volodymyr Zelensky.
Zelensky bersumpah akanmencari dan menghukum orang yang ia sebut sebagai 'bedebah' atas tindakan tersebut.
“Mereka hanya mencoba keluar kota untuk melarikan diri bersama keluarganya,” kata Zelensky sebagaimana dikutip dari Pikiran Rakyat, Kamis 10 Maret.
Zelensky geram kepada Rusia yang menurutnya telah banyak membunuh warga sipil yang tidak bersalah di Ukraina.
"Berapa banyak keluarga seperti itu yang meninggal di Ukraina?" tanya Zelensky.
Mereka yang di dalam foto, kini telah diidentifikasi dan ditautkan ke perusahaan teknologi yang sebagian berbasis di Amerika Serikat.
Tatiana Perebeinis, bersama 2 anaknya tewas anak-anaknya tewas tak lama setelah mereka melintasi jembatan yang hancur sebagian di atas Sungai Irpin dan terkena mortir Rusia.
Kedua anaknya merupakan Alise yang berusia 9 tahun dan Nikita berusia 18 tahun.
Ketika invasi dimulai, Perebeinis tinggal di Ukraina untuk merawat ibunya yang sakit dan sudah lanjut usia sehingga ia harus tetap berada di negara tersebut.
Saat terbunuh, Serhiy Perebeinis yang merupakan suaminya sedang berada di Ukraina timur. Ia menangis tersedu-sedu berbicara tentang pembunuhan yang dinilai tidak masuk akal.
Sang suami sempat mengingat kata-kata terakhir istrinya sebelum meninggal.
"Dia bilang, 'Jangan khawatir, aku akan keluar'," kata sang suami.
Ksenia Khirvonina, seorang rekan Perebeinis mengaku terkejut dan sedih karena kehilangan mereka sekeluarga.
“Kami sangat terkejut, sedih, hancur, marah. Tidak ada kata-kata untuk menggambarkan emosi kami, kami sangat patah hati," ucap Ksenia Khirvonina.
Khirvonina rupanya dibuat marah atas tindakan pasukan Rusia yang sudah membunuh kerabatnya tersebut.
"Sudah terbukti bahwa Tentara Rusia dan Putin sendiri adalah monster yang tidak pantas mendapat belas kasihan atas perbuatan mereka,” ujar Khirvonina.
“Dia selalu berbicara tentang dirinya, betapa pintarnya dia. Dia adalah ibu yang hebat, memberikan semua yang dia bisa untuk anak-anaknya,” tuturnya lebih lanjut.
Diketahui, awalnya Perebeinis dan 2 anaknya bersembunyi di ruang bawah tanah ketika ada bom menghantam gedung apartemen mereka.
Setelah kejadian tersebut, mereka memutuskan untuk melarikan diri karena mereka pikir perjalanannya akan aman selama gencatan senjata sementara Rusia.
Namun, tidak sesuai rencana. Mereka harus menghembuskan nafas terakhirnya di tangan pasukan Rusia.