Djawanews.com – Pemerintah diminta untuk mengambil kebijakan yang bijak ditengah merebaknya COVID-19 varian Omicron di masyarakat.
Menurut Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi, kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen lebih baik dievaluasi.
“Lebih baik diatur bahwa pembelajaran tatap muka mekanismenya 50 persen. Pastikan anak yang keluar dan masuk tidak bertemu,” kata Unifah pada Kompas.com, Jumat, 28 Januari.
Unifah mengatakan, proses belajar tatap muka memang diperlukan, namun tidak perlu dipaksakan harus sampai 100 persen. Karena yang utama adalah menjaga keselamatan guru dan murid.
“Meski niatnya untuk learning recovery tapi tidak ada artinya kalau keselamatan anak dan guru terancam,” sebut dia.
“Kami mohon pemerintah dan pemerintah daerah bijaksana menyikapi perkembangan situasi ini,” ucap Unifah.
Menurut Unifah, saat ini para siswa dan orang tua masih sangat khawatir dengan penularan COVID-19.
Ia menceritakan ada situasi dimana seorang guru belum mengumumkan bahwa ada satu siswa yang terinfeksi COVID-19. Namun, karena informasi itu telah sampai ke para siswa, maka terjadi kepanikan.
“Para siswa itu panik, lari berhamburan meninggalkan sekolah tanpa peduli arahan gurunya. Ini situasi yang mesti menjadi evaluasi pemerintah,” jelas dia.
Menurut padangannya, situasi ini seharusnya membuat pemerintah mengambil kebijakan untuk mengatur mekanisme pencegahan penyebaran COVID-19.
“Itu fenomena yang harus jadi perhatian pemerintah, jangan sampai anak mengambil tindakan sendiri karena didorong rasa takut. Lebih baik kita ambil tindakan pencegahan,” imbuh dia.
Diketahui saat ini PTM 100 persen masih berjalan di sejumlah daerah. Berbagai kritik pun diberikan pada pemerintah terkait masih memberlakukan PTM 100 persen meski penularan COVID-19 varian Omicron meningkat.
Namun Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin justru menyebut bahwa belum ada anak-anak yang dirawat di rumah sakit.
“Kalau saya lihat datanya yang dirawat di rumah sakit adalah banyaknya saat ini lansia dan orang tua,” tuturnya.
“Sampai hari ini belum ada anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan kategori gejala sedang dan berat,” imbuh Budi dikutip dari Kompas.com, Jumat.
Baca berita terkait COVID-19. Simak warta terbaru lainnya hanya di Djawanews dan ikuti Instagram Djawanews.