Djawanews.com – Energi Baru Terbarukan (EBT ) belum begitu diberdayakan di Indonesia. Memiliki potensi besar, Bali ingin menjadi salah satu provinsi pionir untuk EBT, khususnya penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.
Fabby Tumiwa selaku Direktur Eksekutif Institute For Essential Services Reform (IESR) mengatakan potensi EBT di dalam Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Bali adalah energi surya sebesar 1.200 mega watt (MW) dan energi angin hampir 1.000 MW.
Potensi Besar EBT Bali Berbanding Terbalik dengan Penggunaannya
Besarnya potensi EBT yang dimiliki berbanding terbalik dengan penggunaan energi surya yang masih terbilang rendah di Bali. Oleh karena itu, ini menjadi tantangan baru untuk merealisasikan.
"Bagaimana merealisasikannya, dorong dengan manfaatkan jadi energi listrik dan jadikan Bali sebagai Provinsi energi terbarukan," paparnya dalam sambutan webinar 'Bali Menuju Energi Bersih' Rabu (09/06/2021).
Fabby bahkan optimis terhadap rencana Bali ingin menjadi pionir Provinsi Energi Bersih. Menurutnya, berdasarkan potensi yang ada, semua kebutuhan listrik di Bali bisa dipenuhi dengan EBT, salah satunya tenaga surya. Energi surya menurutnya memiliki keunikan dibandingkan dengan energi yang lain.
"Kenapa surya, tentunya ini karena energi surya di mana PLTS dari panas matahari ke listrik ada keunikan yang tidak dimiliki teknologi lain," ujarnya.
Dia juga menjelaskan beberapa keunggulan PLTS. Pertama, teknologi PLTS cukup fleksibel karena bisa dipasang di atas tanah, danau, waduk, dan di atas atap. Kedua, tidak ada economy of scale (skala ekonomi), sementara energi yang lainnya membutuhkan skala ekonomi ini.
Ketiga, secara teknologi, PLTS adalah yang paling demokratis karena bisa diakses, dipasang, dan dimanfaatkan seluas-luasnya dan tidak harus membutuhkan investasi yang besar.
"Potensi besar yang belum optimal adalah PLTS Atap, ini adalah salah satu yang mudah sekali dipasang dan diakses untuk capai target RUED Bali, sehingga butuh partisipasi masyarakat," tuturnya.