Djawanews.com – Komunitas relawan penanggulangan COVID-19 yang tidak memiliki SK di Daerah Istimewa Yogyakarta menyerah dengan tingginya lonjakan kasus COVID-19 yang mereka hadapi.
Dikutip Djawanews dari laman gusdurian.net berikut adalah penjelasan kenapa para relawan sampai angkat tangan melihat lonjakan kasus di Yogyakarta saat ini.
Lonjakan kasus gelombang kedua COVID-19 ini lebih besar dari puncak gelombang pertama di bulan Desember 2020 – Februari 2021. Meskipun para relawan telah menyiapkan penanggulangan sejak lonjakan kasus menghantam India, namun tetap saja kewalahan bahkan sampai di titik batas kemampuan.
Data-data yang diberitakan tentang lonjakan kasus DIY hanya puncak gunung es dari banyaknya pertambahan kasus positif, sembuh dan meninggal.
Kenyataan di lapangan menunjukkan semua rumah sakit rujukan penuh dengan BOR melebihi 80%. Itu pun rumah sakit sudah terus menambahkan kapasitasnya. Dua minggu terakhir shelter-shelter kabupaten penuh.
Angka kematian melonjak tajam, nakes dan puluhan ribu relawan benar-benar kewalahan menangani pemakaman jenazah. Tidak jarang mereka harus memakamkan beberapa jenazah COVID-19 berturut-turut dimulai tengah malam dan baru selesai saat adzan Subuh berkumandang.
Para relawan juga manusia bukan robot, ada momen di mana sudah tidak bisa untuk menanggung beban itu lagi. Mereka meminta Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah untuk segera menunjukkan sense of crisis serta sense of urgency.
Mereka juga meminta para politisi di DPR/DPRD dan di partai politik untuk menyingkirkan sejenak kepentingan politik pragmatis jangka pendek dan lebih fokus pada penyelamatan kemanusiaan dan nasib bangsa.