Djawanews.com – Amerika Serikat (AS) menjawab keresahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terkait pasokan senjata dalam menghadapi Rusia. AS mengirimkan tambahan bantuan senjata dengan nilai fantastis yakni 800 juta dolar AS (sekitar 11,497 triliun rupiah).
Presiden AS Joe Biden, melalui pernyataan yang dirilis Gedung Putih pada Rabu (13/4), mengatakan bahwa tujuan pengiriman tambahan senjata tersebut adalah untuk mengalahkan rencana Rusia menaklukkan dan mengendalikan Ukraina.
“Pasokan senjata yang diberikan oleh Amerika Serikat dan Sekutu serta mitranya ke Ukraina sangat penting dalam mempertahankan perjuangannya melawan invasi Rusia," kata Biden setelah panggilan teleponnya dengan Zelensky, seperti dikutip dari AP, Kamis 14 April.
"Ini telah membantu memastikan bahwa Putin gagal dalam perang awalnya yang bertujuan untuk menaklukkan dan mengendalikan Ukraina. Kami tidak bisa beristirahat sekarang," tambahnya,
Selain lebih banyak rudal anti-tank Javelin, AS juga mengirim banyak roket anti-pesawat Stinger.
"AS akan mengirim kemampuan baru yang disesuaikan dengan serangan yang lebih luas yang kemungkinan akan diluncurkan oleh pasukan Rusia di Ukraina timur," kata Biden.
Pentagon pada Rabu sore kemudian memberikan beberapa rincian tentang bantuan baru, yang bernilai 800 juta dolar AS tersebut.
Selain tambahan 500 Javelin dan 300 drone kamikaze Switchblade, AS berencana untuk mengirim delapan belas howitzer 155mm dan sekitar 40.000 butir amunisi, serta sepuluh radar kontra-artileri, dua radar pengawasan udara, 200 pengangkut personel lapis baja M113, 100 Mobil lapis baja Humvee, dan sebelas helikopter Mi-17.
"Kami menyesuaikan daftar ini secara khusus untuk memenuhi kebutuhan yang mereka minta sehubungan dengan apa yang terjadi di Ukraina timur," kata juru bicara Pentagon John Kirby kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa AS akan mulai mengirim peralatan segera.
Senjata lain yang terdaftar oleh Kirby termasuk 30.000 set pelindung tubuh dan helm, peralatan pelindung kimia, biologi dan nuklir, ranjau darat anti-personil, bahan peledak C-4, dan kapal tak berawak, digambarkan sebagai “kapal pertahanan pantai tak berawak.”
Washington bekerja dengan "sekutu dan mitra untuk mengidentifikasi dan memberi Ukraina kemampuan tambahan yang bukan kemampuan kami," kata Kirby.