Karena kerap melakukan berbagai tindak kekerasan Front Pembela Islam atau FPI ditakuti masyarakat, lalu kenapa FPI tidak dibubarkan saja?
FPI dalam pergerakan Indonesia modern tidak jauh-jauh dari unsur politis. Sifatnya yang kerap melakukan tindakan represif, tidak jarang FPI ditakuti masyarakat, juga sekaligus dibenci.
Hal-Hal yang Membuat FPI Ditakuti Masyarakat dan Dibenci
FPI bukanlah organisasi baru, kiprah FPI sudah ada di Indonesia sejak reformasi tahun 1998. Dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 di Pondok Pesantren Al-Umm Tangerang, FPI resmi didirikan oleh sejumlah ulama, haba’ib, dan aktivis muslim yang dipelopori oleh Rizieq Shihab.
Peran Rizieq Shihab sangat sentral dalam pembentukan FPI, lantaran dirinya dapat mengumpulkan 20 tokoh ulama sentral yang dikenal keras pada masa Orde Baru. Selain itu nama Rizieq juga tidak jauh dari ayahnya Sayyid Husein, yang merupakan pendiri Gerakan Pandu Arab Indonesia yang kerap melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Debut pertama yang dilakukan oleh FPI adalah dalam Kerusuhan Ketapang pada November 1998, yang diawali oleh intimidasi puluhan preman asal Ambon di perjudian wilayah Ketapang, Jakarta Pusat. Kerusuhan tersebut menimbulkan beberapa korban jiwa, dengan Rizieq Shihab yang juga ada di kolasi kerusuhan.
Pasca reformasi, FPI masih berada dalam Pam Swakarsa (organisasi paramiliter bentukan militer) yang menjadikannya mudah bergerilya. Dibuktikan pada Desember 1999, ribuan anggota FPI datang ke Balai Kota DKI Jakarta menuntut agar Gubernur Sutiyoso menutup tempat hiburan malam selama bulan puasa.
Akibat peristiwa tersebut Sutiyoso kemudian meninjau ulang kebijakan operasional tempat hiburan malam, dan membuat FPI mendapat perhatian masyarakat.
Kabar yang menyatakan jika FPI sebagai kelompok yang mendapatkan perlindungan politik tokoh terkemuka, mungkin benar adanya. Dilansir dari Tirto.id, sebagaimana tulisan Taufik Adnan Amal dan Samsu Rizal Panggabean dalam Politik Syari’at Islam: Dari Indonesia ke Nigeria (2004), FPI dekat dengan beberapa tokoh.
Tokoh yang dekat dengan FPI di antaranya adalah Prabowo Subianto dan Wiranto. Namun setelah Prabowo dipecat dari TNI, FPI kemudian mendukung Wiranto. Asumsi tersebut dibuktikan ketika Wiranto diperiksa dalam kasus Mei 1998, massa FPI berunjuk rasa di kantor Komnas HAM.
Kapolda Metro Jaya Mayjen (Pol) Nugroho Djayoesman, dan Pangdam Jaya Djaja Suparman juga tokoh yang diduga memiliki hubungan harmonis dengan FPI.
Tentu yang menjadi sebuah pertanyaan adalah kenapa para petinggi FPI tidak masuk dalam dunia politik. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada dugaan jika memang metode yang diinginkan FPI adalah masuk ke dalam politik praktis untuk menjalankan tujuan mereka.
Kedekatan FPI melalui Rizieq Shihab dengan Prabowo di pemilu 2019 ini, membuatnya seakan reuni politik candaan, yang tentu tidak akan dimengerti para milisi garda depan FPI sendiri.
Klaim bahwa FPI ditakuti masyarakat bisa jadi memang disengaja dilakukan oleh FPI sendiri. Bukannya untuk mendapatkan posisi harus menjadi pihak yang berbeda? Sekali lagi FPI lihat dalam hal ini, sehingga FPI tidak bubar-bubar. Lalu apa tujuan sebenarnya FPI?