Djawanews.com – Duta besar Ukraina untuk Israel Yevgen Korniychuk kesal karena Israel hanya memberikan bantuan helm untuk pasukan militernya dalam menghadapi pasukan Rusia.
“Helm bukan alat mematikan,” kata Yevgen Korniychuk sambil mengenakan helm yang diberikan Israel, dikutip dari akun YouTube tvOneNews pada Kamis, 10 Maret.
Yevgen Korniychuk juga melontarkan pertanyaan dalam konferensi persnya, bagaimana bisa perlengkapan helm bisa dianggap mematikan.
Meski demikian, Yevgen tetap berterimakasih atas apa yang diberikan oleh Israel meskipun hanya peralatan helm.
Yevgen cukup memaklumi akan bantuan yang diberikan oleh Israel dengan batasan-batasan yang mereka anggap pantas.
“Kami berterima kasih kepada pemerintah Anda (Israel) atas upayanya dan berharap itu akan membantu kami (mencapai resolusi),” ungkap Yevgen.
Yevgen juga menyebut bahwa bantuan mediasi yang diberikan Israel melebihi bantuan militer apapun.
Seperti diketahui, meskipun Israel adalah salah satu negara yang ikut mengecam invasi Rusia terhadap Ukraina, namun tampaknya mereka agak membatasi dukungan tersebut dengan hanya memberikan bantuan kemanusiaan kepada Ukraina.
Israel belum memberikan bantuan militer apapun terhadap Ukraina, atas serangan yang dilakukan oleh Rusia kepada negara tetangganya itu.
Kejadian ini mendapatkan tanggapan dari netizen Indonesia, karena dianggap menjadi suatu hal yang sangat lucu.
Sebuah akun bernama Har art of war berkomentar, “Lawak Ukraina bertaraf internasional, sungguh dramatis, penuh sensasi dan komedi."
“Presidennya kan mantan komedi,” balas akun Rico Aditia.
“Itu helmnya canggih bisa baca pikiran musuh nanti datanya masuk via SMS masuk ke HP di dubes,” timpal akun Ikra Anwar.
Bentuk bantuan kemanusiaan yang diberikan Israel kepada Ukraina adalah dengan mengevakuasi sekitar 90 anak dari panti asuhan Yahudi di kota Zhytomyr, Ukraina.
Mereka diterbangkan dari Rumania menuju Tel Aviv pada hari Minggu yang lalu.
Menteri Dalam Negeri Israel Ayelet Shaked mengatakan bahwa negaranya yang berpenduduk 9,2 juta jiwa itu bersiap menghadapi gelombang yang sangat-sangat besar dari imigrasi yang dipicu oleh konflik.
"Kurang lebih Israel akan menerima lebih dari 200.000 orang Ukraina yang Yahudi atau memiliki hubungan keluarga Yahudi, dan lebih dari 600.000 orang Rusia dalam kategori yang sama," ucap Ayelet.