Djawanews.com – Negara-negara di Eropa beramai-ramai memberikan sanksi kepada Rusia usai invansi ke Ukraina. Tidak terima dengan hal itu, Rusia mengeluarkan "senjata" baru untuk menekan Eropa yakni memotong suplai gas ke Eropa.
Seperti diketahui, Amerika Serikat (AS) termasuk sekutu Eropa memberikan sejumlah hukuman mulai dari pembekuan aset pribadi hingga bank termasuk larangan impor minyak.
Mengutip CNBC Indonesia, Deputi Perdana Menteri (PM) Rusia, Alexander Novak dalam sebuah pernyataan menyebutkan rencana pemotongan sendiri akan dilakukan pada pipa gas Nord Stream 1. Pipa gas ini merupakan pipa yang membentang di wilayah Laut Baltik.
"Kami memiliki hak untuk mengambil keputusan yang cocok dan memberlakukan embargo pada pemompaan gas melalui pipa gas Nord Stream 1," ujar Novak pada sesi pers Senin (8/3) waktu setempat.
Meski begitu, pihaknya menegaskan belum akan mengambil langkah-langkah pemotongan atau penghentian suplai. Nord Stream sendiri merupakan jaringan pipa gas bawah laut yang membentang dari Rusia ke Jerman, yang terdiri atas Nord Stream 1 dan 2.
Sebelumnya, Nord Stream 2 juga sudah disanksi. Namun pipa gas itu memang belum diaktifkan.
Sementara itu, ancaman pemotongan energi ini membuat beberapa negara Eropa khawatir. Salah satu yang telah menyampaikan kekhawatirannya adalah Jerman dan Hungaria.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan Eropa tidak dapat mengamankan pasokan energinya tanpa impor dari Rusia. Sekitar 40% gas Eropa berasal dari Beruang Merah, di mana Jerman, mendapatkan 32% sumber gas dari Rusia.
"Energi sengaja dikeluarkan dari putaran sanksi sebelumnya," kata Scholz menambahkan energi Rusia "penting" untuk kehidupan sehari-hari umum warganya.
Serupa, Menteri Keuangan Hongaria Mihaly Varga mengatakan pemerintahnya tidak akan mendukung sanksi apapun terhadap energi Rusia. Menurutnya, sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia dapat mempengaruhi ekonomi negaranya.
Selain itu, Budapest juga diketahui September lalu baru saja menandatangani perjanjian pembelian gas dengan Moskow untuk 15 tahun mendatang. Dalam kontrak itu, ada sebanyak 4,5 miliar kubik gas yang dikirimkan Rusia ke negara itu setiap tahunnya.
"Mereka yang meminta perluasan sanksi ingin rakyat Hongaria membayar harga perang," katanya dalam sebuah video Facebook.
Sebelumnya beberapa negara Barat dan sekutu pimpinan Amerika Serikat (AS) sedang merencanakan untuk menjatuhkan sanksi lanjutan kepada Rusia perihal serangan ke Ukraina. Sejauh ini, diketahui sanksi-sanksi yang dijatuhkan berfokus pada bidang ekonomi, keuangan, dan peralatan strategis.