Djawanews.com – Pilihan untuk hidup childfree atau tidak memiliki anak kini semakin banyak dipilih perempuan di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik melaporkan bahwa sekitar 71 ribu perempuan di Indonesia memutuskan untuk hidup tanpa anak.
Data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2022 menunjukkan bahwa prevalensi perempuan childfree di Indonesia mencapai sekitar 8% dari kelompok usia 15-49 tahun yang pernah menikah.
“Prevalensi perempuan childfree yang hidup di Indonesia saat ini sekitar 8%. SUSENAS 2022 mengestimasi angka tersebut terhadap “perempuan berusia 15-49 tahun yang pernah kawin namun belum pernah melahirkan anak dalam keadaan hidup serta tidak menggunakan alat KB” dan diperoleh 71 ribu dari mereka tidak ingin memiliki anak,” tulis laporan BPS, pada Selasa, 12 November 2024.
Keputusan untuk childfree tersebut tidak berkaitan dengan kesehatan fertilisasi, tetapi murni hanya karena pilihan. Data perempuan Indonesia yang memilih untuk childfree ini bertambah setiap tahunnya.
Melalui data yang diolah SUSENAS pada 2019, angka persentasenya adalah 7,0, kemudian pada 2020 menurun 6,3, pada 2021 kembali naik menjadi 6,5, dan pada 2022 angka persentasenya mencapai 8,2.
BPS mencatat dari beberapa jurnal yang dibuat pada 2022, perempuan yang mengejar pendidikan lebih tinggi sering menunda bahkan tidak berkeinginan memiliki anak. Level pendidikan sangat berpengaruh pada kesempatan kerja, yang selanjutnya akan menentukan status perekonomian seseorang.
Jadi keputusan childfree di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh level baiknya pendidikan, tetapi juga dilatari oleh kesulitan ekonomi. Data SUSENAS 2022, sekitar 57 persen perempuan childfree ternyata tidak terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi, jadi tidak dipungkiri ekonomi menjadi salah satu faktor penentu keputusan hidup tanpa anak.
Melalui data tersebut juga dijabarkan bahwa persentase perempuan yang tidak ingin punya anak di Pulau Jawa hampir mencapai 9 persen pada 2022. Paling tinggi berada di DKI Jakarta, kemudian diikuti Jawa Barat.
BPS menyampaikan melihat persentase perempuan di Indonesia memilih childfree ini kemungkinan besar akan meningkat di tahun berikutnya. Hal ini bisa membuat Indonesia kehilangan segmen generasi tertentu dalam piramida penduduk jika tren terus berlanjut.
Dalam jangka pendek, perempuan childfree dapat dikatakan meringankan beban anggaran pemerintah karena subsidi pendidikan dan kesehatan untuk anak menjadi berkurang. Namun dalam jangka panjang, kesejahteraan perempuan childfree usia tua akan berpotensi menjadi tanggung jawab negara.