Djawanews.com – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menegaskan serangga menjadi opsi lauk program Makan Bergizi Gratis tidak untuk semua wilayah. Dia mengatakan opsi lauk tersebut dikhususkan untuk wilayah yang masyarakatnya terbiasa mengkonsumsi serangga.
"Kami waktu menyampaikannya itu, kan kami sampaikan ada masyarakat tertentu yang suka itu. Jadi untuk masyarakat yang tidak suka itu, tidak mungkin menggunakan itu," kata Dadan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, dikutip Selasa 4 Februari.
Dia menjelaskan, BGN memang tidak menyiapkan standar menu nasional. Melainkan standsar komposisis gizi yang disesuikan dengan potensi sumber daya lokal dan kesukaan masyarakat setempat.
"Kami menetapkan standar komposisi gizi. Oleh sebab itu, di setiap satuan pelayanan penggunaan gizi, Badan Gizi menetapkan satu ahli gizi untuk meracik menu, sesuai dengan potensi sumber daya lokal dan juga kesukaan masyarakat," ujar Dadan.
Dia mencontohkan, di daerah yang banyak menghasilkan telur tentu sumber utama protein dalam menu Makan Bergizi Gratis. Begitu pula di daerah-daerah penghasil ikan.
Namun menu yang disajikan sewaktu-waktu juga bisa berubah dengan pilihan protein hewani lainnya.
Selain itu, menu untuk kebutuhan karbohidrat pun akan disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing. Sehingga, sumber karbohidrat tak hanya nasi, tapi juga bisa diganti jagung hingga sagu.
"Jadi kalau di daerah Sunda kan lebih banyak makan nasi, kemudian di NTT makan jagung, kemudian di Halmahera itu kan makan singkong dan pisang rebus. Sementara di Ambon dan Papua kan sagu diolah menjadi papeda," kata Dadan.
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi sumber daya pangan yang beragam. Hal ini perlu dijaga untuk memberikan pelajaran bagi siswa soal ketahanan pangan.
"Nah itu kan keragaman sumber daya lokal yang bagus juga kalau kita mulai terapkan dan memberikan pelajaran kepada anak-anak bahwa keragaman dan kearifan lokal itu baik juga untuk ketahanan tangan di masing-masing daerah," kata Dadan.