Djawanews.com - Bank Dunia melaporkan rata-rata pekerja di Indonesia berkualitas rendah. Kebanyakan pekerja ini bekerja di sektor informal yang memiliki pendapatan rendah.
Dalam laporan Pathways to Middle Class Jobs in Indonesia, Bank Dunia melaporkan sebanyak 61,8% pekerja Indonesia adalah karyawan. Hanya 38,2% yang merupakan pemilik perusahaan atau wirausaha.
Dari jumlah karyawan tersebut, setengahnya bekerja tanpa kontrak dan sisanya merupakan informal.
"Produktivitas tenaga kerja rendah dan ini sebagaimana tercermin dalam biaya tenaga kerja per unit yang tinggi dibandingkan di kawasan Asia Timur," tulis laporan Bank Dunia, Rabu (30/6).
Selain itu, pekerja formal juga dinilai lambat dalam menciptakan lapangan kerja kelas menengah. Lapangan kerja yang terbuka itu kebanyakan perusahaan tua dan sangat besar.
Sementara perusahaan baru sulit untuk mendatangkan pekerja baru.
"Hal tersebut membatasi persaingan dan produktivitas. Perputaran ini mencerminkan ketidakstabilan pekerjaan pada perusahaan," jelasnya.
Tidak Dilengkapi Keterampilan dan Pelatihan
Lebih jauh, Bank Dunia juga menyebut sebagian besar tenaga kerja Indonesia saat ini tidak dilengkapi keterampilan sebagai pekerja kelas menengah. Mulai dari keterampilan kognitif, interpersonal, digital, serta pengetahuan sains, teknologi, teknis, matematika, atau bisnis.
Ada berbagai macam penyebab kualitas pekerja di Indonesia yang masih rendah. Di antaranya adalah kurangnya peningkatan kemampuan dan keterampilan atau upskilling pada pekerja. Padahal, pelatihan adalah isu prioritas yang perlu ditangani perusahaan.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan pemerintah telah menetapkan UU Omnibus Law Cipta Kerja. Beleid ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan para pekerja.
"Kita sudah memiliki UU Cipta Kerja yang disahkan saat pandemi. Jadi kami harap ini dapat meningkatkan keterampilan para pekerja dan meningkatkan wirausaha yang inklusif," tambahnya.