Djawanews.com – Autoconz merupakan perusahaan startup Jogja mencuri perhatian publik lantaran membangun rumah di lereng Gunung Merapi menggunakan metode 3D Printing. Proyek pembangunan tersebut tertutupi oleh tenda Berlokasi di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Luas rumah itu seperti kebanyakan tempat tinggal sederhana, yakni 36 meter persegi.
Namun kabar mengenai proyek pembangunan rumah itu menggunakan cetak 3D atau 3D Printing, yakni mesin dengan kecerdasan buatan adalah benar adanya.
Sebelumnya, konstruksi dinding hasil cetakannya sudah berdiri sekitar dua meter. Mesin robotiknya bekerja menghasilkan lapis demi lapis mortar (campuran pasir, semen dan air dengan formula tertentu) setebal dua sentimeter hingga rencananya nanti mencapai tinggi tiga meter.
“Mesin itu yang menjalankan pembangunan seluruh dinding rumah," kata Mukhtar Anggit N., dari bussiness development Autoconz, perusahaan rintisan atau startup kontruksi berbasis teknologi cetak 3D--pemilik proyek bangunan itu.
Dari hasil pengujian, dinding dipukul dan didorong sekuat-kuatnya untuk menguji kekuatan kontruksi yang sudah berdiri. Benar saja, dinding terasa kokoh. Sebuah video juga memperlihatkan seorang tukang dengan palu pemecah batu tampak kesulitan menghancurkan dinding sekalipun belum memiliki slup dan kolom itu. Dua bagian ini rencananya dibuat manual oleh tukang setelah seluruh dinding rumah berdiri utuh.
Yang juga dikerjakan manual adalah fondasi. Seluruhnya demi mengikuti peraturan kontruksi konvensional di Indonesia. "Untuk pemasangan kolom-kolom sengaja dilakukan di akhir pengerjaan setelah semua dinding berdiri, agar tidak mengganggu jalannya mesin 3D Printing,” kata Vice President of Technology Autoconz, M.Fadholi Afinanto, menambahkan.
Autoconz Adalah Perusahaan Startup yang Berfokus Pada Pengembangan Teknologi AI
Bangunan rumah tapak tipe 36 yang berlokasi di lereng Merapi itu merupakan proyek pertama Autoconz untuk konstruksi rumah berbasis teknologi 3D Printing. Sebelumnya, startup yang berbasis di Yogyakarta ini telah sukses dengan proyek hardscape berupa pengerjaan 16 kursi, 8 bangku dan 4 meja taman untuk sebuah apartemen di bilangan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Menggunakan teknik yang sama, seluruhnya bisa diselesaikan tak sampai sebulan pada Agustus lalu.
Head of Bussiness Development Autoconz, Lutfi Hakim menjelaskan teknik konstruksi berbasis cetak 3D diciptakan untuk mengatasi pekerjaan-pekerjaan konstruksi rumit yang memiliki banyak lekukan agar tetap rapi. “Dengan teknik ini, pekerjaan konstruksi itu tidak miring-miring, bisa lebih presisi, dan meminimalisir resiko kecelakaan kerja, serta memudahkan tukang bekerja,” kata dia.
Dalam pengembangan teknik 3D Printing untuk konstruksi di Tanah Air, Lutfi mengatakan, Autoconz tak hanya menciptakan mesin, tapi juga program aplikasi serta komposisi atau campuran material mortarnya. Dari tiga bagian ini yang sudah dipatenkan baru komposisi materialnya. Sedangkan untuk program dan mesinnya tengah dalam proses pematenan.
Autoconz mengaku teknologinya itu tengah dilirik Kementerian Pekerjaan Umum untuk dikaji apakah bisa diterapkan untuk pembangunan sekolah dan rumah tahan bencana. Baru berdiri pada 2018, Autoconz saat ini memang terlibat dalam kerja sama dengan PT PP (persero) dalam pengembangan dan pengujian 3D Printing untuk konstruksi di Indonesia berbahan semen atau concrete.
Fadholi menambahan, Autoconz baru menggenggam hitungan secara kasar efisiensi konstruksi rumah menggunakan teknik 3D Printing ini. “Proyek pertama kami baru rumah tipe 36 ini, dan angka pasti efisiensi dari alat masih kami hitung secara pasti,” kata dia.
Dari hitungan kasar, efisiensi diperoleh dari lama pengerjaan. Secara umum pembangunan rumah dari awal sampai akhir untuk tipe 36 disebutnya butuh 2-3 bulan. Namun dengan mesin Autoconz tahapan perencanaan pembangunan itu hanya butuh 1,5-2,0 bulan. Khusus untuk berdirinya seluruh dinding setinggi tiga meter di-estimasi sekitar dua minggu dari pekerjaan dimulai 17 Januari lalu.
"Tentu waktu pengerjaan ini bisa lebih cepat lagi ketika semua trial and error itu sudah teratasi,” kata dia.
Jalannya proyek pertamanya itu juga kerap berhenti sementara gara-gara hujan lebat yang disertai angin kencang yang terjadi di lereng Merapi belakangan. "Meski semua alat sudah didesain waterproof, pengerjaan dihentikan lebih untuk melindungi material yang belum kering benar agar kokoh,” katanya.
Mesin cetak yang digunakan adalah mesin generasi keduanya yang memiliki dimensi 7x7x3,5 meter. Tak bersedia disebutkan nilai pengembangannya, mesin itu dalam kondisi normal beroperasi selama 7 jam per hari. Sekali bergerak bisa menciptakan berlapis-lapis mortar dengan proses pengeringan hanya butuh sekitar dua menit.
Anggit memparkan bahwa yang masih bisa ditingkatkan dari mesinnya itu adalah durasi waktu dalam bekerja. Targetnya, pembangunan rumah tipe 49 meter persegi bisa rampung dalam hitungan hari yang normal. “Dari proyek pertama ini kami akan evaluasi error apa saja yang terjadi sehingga bisa tekan kembali durasi waktu pengerjaannya, seperti beberapa alat 3D Printing untuk konstruksi di luar negeri,” katanya.
Dapatkan warta harian terbaru lainya, ikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.