PLTA Wonogiri yang letaknya bersebelahan dengan Waduk Gajah Mungkur sering menjadi rujukan wisata masyarakat sekitar.
Jika Anda sedang berkunjung ke Wonogiri, luangkan waktu mengunjungi Waduk Gajah Mungkur yang bersebelahan dengan PLTA Wonogiri. PLTA dan Waduk di Wonogiri jadi salah satu rujukan wisata oleh masyarakat, terutama yang tinggal di Wonogiri.
Sejarah PLTA Wonogiri tidak dapat dilepaskan dari sejarah Waduk Gajah Mungkur itu sendiri. Waduk ini bahkan dianggap sebagai situs budaya oleh masyarakat sekitar. Hal ini dikarenakan peristiwa yang sempat terjadi di kawasan tersebut.
Sejarah Waduk dan PLTA Wongiri
Waduk Gajah Mungkur berada di Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Waduk ini sempat jadi waduk terbesar yang dimiliki Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu, Indonesia mulai membangun waduk lain yang lebih besar di beberapa tempat di Indonesia.
Waduk Gajah Mungkur awalnya dibangun dengan tujuan untuk mengendalikan air Sungai Bengawan Solo. Tahun 1966, Kota Solo sempat digenangi banjir besar yang airnya mengalir dari Bengawan Solo. Untuk menanggulangi bencana tersebut, Pemerintah mulai menangani pembangunan infrastruktur pengendali banjir Bengawan Solo.
Pada tahun 1974, Indonesia bekerja sama dengan Jepang untuk merumuskan rencana Pengembangan Wilayah Sungai Bengawan Solo. Dari kerja sama tersebut terciptalah Master Plan WS Bengawan Solo. Masterplan tersebut berisi rekomendasi pembangunan waduk, salah satunya adalah Waduk Wonogiri.
Setelah disetujui, Waduk Wonogiri mulai dibangun pada tahun 1978 dan selesai pada tahun 1981. Pembangunan Waduk Gajah Mungkur melibatkan pekerja sebanyak 2.500 orang. Pemerintah juga melibatkan 35 konsultan Nippon Koei Co, Ltd Jepang.
Dalam pembangunannya, pemerintah terpaksa harus menenggelamkan 51 desa di 6 kecamatan. Sebanyak 67.515 Jiwa penduduk akhirnya diungsikan ke beberapa daerah. Pemerintah juga melakukan program transmigrasi bedol desa di Tahun 1976. Beberapa warga Wonogiri berpindah ke Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.
Tahun 1982, waduk sudah dapat difungsikan sebagai pengendali banjir di wilayah Bengawan Solo Hulu, terutama untuk melindungi Kota Solo. Tidak hanya itu, waduk juga dimanfaatkan untuk irigasi lahan pertanian di Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Sragen.
Selain menjadi pengendali banjir dan penyedia irigasi pertanian, Waduk Wonogiri juga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA). PLTA Wonogiri dibangun pada tahun 1978 dan selesai pada bulan Juni tahun 1983.
Menteri Pertambangan dan Energi, Ir. Soebroto saat itu ikut meresmikan PLTA Wonogiri. PLTA ini berada di bawah area kerja PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Mrica. Waduk Gajah Mungkur dibangun di atas lahan seluas 8800 HA. Sayangnya, kinerja PLTA ini beberapa kali terhambat karena sedimentasi waduk yang sangat tinggi.