Djawanews.com – Kaspersky melakukan penelitian terhadap 1.618 orang dan menemukan lebih dari separuh pengguna e-finance (67 persen) di Asia Tenggara percaya bahwa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus mulai menggunakan pembayaran digital untuk transaksi keuangan.
Di antara negara-negara di Asia Tenggara, konsumen di Malaysia (72 persen) sangat menyukai penerapan sistem pembayaran digital oleh UMKM, diikuti oleh Singapura (68 persen) dan Filipina (68 persen).
Menurut penelitian, bentuk pembayaran digital yang sering digunakan di kalangan konsumen Asia Tenggara adalah:
- Aplikasi pembayaran seluler (58 persen)
- Internet banking melalui aplikasi seluler (53 persen)
- Kartu debit (36 persen)
- Kartu kredit (33 persen)
- Internet banking melalui browser (31 persen)
Hampir 59 persen responden mengatakan bahwa mereka akan berbelanja lebih banyak di toko yang menerima pembayaran digital. Konsumen Malaysia (70 persen) adalah yang paling cenderung melakukannya diikuti oleh Vietnam (63 persen) dan Filipina (59 persen).
Bagi responden di seluruh wilayah, tiga alasan utama mereka untuk terbiasa dan nyaman dengan teknologi ini adalah karena kemudahannya, akses yang praktis, dan privasi.
Menariknya, pengguna di wilayah ini juga menyadari isu-isu yang menghambat UMKM dalam merangkul teknologi tersebut. Ada 27 persen dari total responden mengatakan mengakui bahwa bisnis lokal belum siap menggunakan pembayaran digital karena masalah internet dan kurangnya perangkat.
Namun, lain halnya ketika penyedia e-commerce atau penjual menjadi sasaran dari serangan siber. Survei menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen untuk berbelanja di toko yang mengalami pelanggaran data turun 42 persen secara umum.
“Perlu dicatat bahwa sementara konsumen merangkul gaya hidup digital dan mempercayai alat-alat ini yang membuat transaksi keuangan mereka lancar dan cepat, mereka juga mulai mendapatkan kesadaran akan bahaya dan risiko ancaman dunia maya dalam kehidupan pribadi mereka,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.
“Untuk menempatkan segala sesuatunya dalam perspektif, kerugian pelanggaran data di UMKM meningkat sebesar 54 persen tetapi dengan deteksi pelanggaran secara dini, kerugian rata-rata akan turun 17 persen lebih rendah," tambahnya.
UMKM sekarang berada di posisi mempercepat transformasi digital mereka. Perubahan signifikan terhadap tuntutan dan harapan konsumen tidak bisa lagi diabaikan atau mereka mungkin memutuskan untuk membawa bisnisnya ke tempat lain.
"Saya menyarankan UMKM sekarang untuk bertindak dan mengendarai gelombang, untuk mengambil sikap dalam menjawab tantangan ini.” sambung Yeo.