Djawanews.com – Seperti yang diketahui bersama, pada mobil listrik umumnya pasti menggunakan baterai lithium-ion. Alasannya, baterai tersebut diklaim lebih unggul dari sisi usia pakai hingga proses pengecasan lebih cepat.
Namun, ternyata ada pula risiko dalam penggunaan baterai lithium-ion pada mobil listrik.
Baterai dengan elemen kimia ini dikatakan punya senyawa berbahaya karena sangat sensitif terhadap tegangan dari peralatan maupun temperatur suhu sekitar.
“Ini sangat sensitif terhadap temperatur dan tegangan,” kata Perekayasa Balai Besar Teknologi Konversi Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Oo Abdul Rosyid dalam diskusi IEMS 2021 pada Jumat, 26 November.
Rosyid juga menjelaskan pada satu paket baterai kendaraan listrik, itu membutuhkan ratusan hingga ribuan sel. Jumlah ini berbeda dengan kebutuhan listrik pada mobil konvensional karena penggerak utamanya ada di mesin berbahan bakar.
Di sisi lain ribuan sel yang dijadikan satu paket baterai itu memiliki keterkaitan satu sama lain. Sehingga jika ada satu sel bermasalah, otomatis akan menjalar ke semua sel baterai.
Hal itu yang kemudian menjadi bahaya dari kendaraan listrik yaitu terjadi kebakaran atau bahkan sampai meledak.
Rosyid Berikan Contoh Kasus Baterai Lithium-ion Mobil Listrik Meledak
“Contoh Tesla Model S ini 7000 sel, motor listrik Gesits 100 sel digabungkan seri dan paralel. Ya kalau satu sel bermasalah akan bermasalah semua. Satu misalkan kena ya semua akan meledak, semua akan saling berantai. Makanya di sini perlu antisipasi,” kata dia.
Selanjutnya, Rosyid kembali memberi contoh bila kasus kendaraan listrik terbakar tanpa sebab bukan hal baru di luar negeri. Kejadian itu terjadi saat sedang terparkir, atau kala dicolok ketika pengisian baterai.
Beberapa kasus kendaraan listrik terbakar akibat baterai yang ia catat antaranya mobil listrik Chevrolet pada 2011, lalu mobil Tesla Model S beberapa kejadian pada 2013-2019, dan Jaguar i-Pace pada 2018.
“Nah kita mungkin pernah mendengar Tesla pernah terbakar. Kebakarannya juga saat diparkir. Nah terus di Indonesia yang punya cuaca yang panas dan lainnya. Tapi dengan isu ini harus diminimalkan dan antisipasi,” jelas Rosyid.
Untuk itu karena semakin meningkatnya permintaan kendaraan listrik di Indonesia, ia mengatakan sangat penting standarisasi baterai untuk kebutuhan keselamatan pengguna mobil listrik murni.
“Maka dari sini kami menekankan baterai lithium-ion harus melalui pengujian dan sertifikasi. Kenapa agar memenuhi memenuhi mutu dan teknis. Mulai dari kinerja, performa, dan utama juga soal safety-nya,” pungkas Rosyid.
Untuk mendapatkan warta harian terbaru lainya, ikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.