Djawanews.com—Upacara Yadnya Kasada merupakan upacara adat tahunan Suku Tengger Gunung Bromo. Upacara adat ini dilaksanakan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan berpuncak pada pelarungan aneka hasil bumi ke kawah gunung.
Prosesi Upacara Yadya Kasada dan Sejarahnya
Suku Tengger Gunung Bromo merupakan salah satu suku tua di Pulau Jawa. Ritual Yadnya Kasada adalah sebuah upacara adat umat Hindu Suku Tengger yang diselenggarakan setiap tahun pada hari ke empat belas bulan Kasada. Upacara ini selalu berlangsung pada saat bulan purnama dan sudah dilangsungkan sejak abad ke-14.
Upacara Yadnya Kasada merupakan sebuah kewajiban dalam adat Suku Tengger. Sehingga meskipun Gunung Bromo sedang bererupsi, atau hujan deras, upacara tetap harus dilakukan. Tidak ada alasan bagi warga Tengger untuk tidak menyelenggarakan ritual suci ini.
Adapun prosesi upacaranya yakni warga dari 4 kabupaten membawa ‘Ongkek’ atau aneka hasil bumi, dan sesajen ke dalam Pura untuk dimantrai. Ongkek dibawa oleh warga dari empat Kabupaten, yakni Probolinggo, Pasuruan, Malang dan Lumajang. Ongkek sendiri merupakan, keranjang bambu yang dibuat warga Suku Tengger, sebagai wadah sesajen baik hasil bumi dan ternak.
Di dalam pure, Ongkek tersebut dimantrai secara bersama oleh para dukun pandita perwakilan dari 36 desa, yang ada di kawasan lereng Gunung Bromo. Usai dimantrai, selepas pukul 03 : 30 dini hari, aneka hasil bumi dan sesajen pun kemudian dibawa menuju gunung Bromo, untuk dilarung ke kawah.
Sejatinya Yadya Kasada merupakan penghormatan Suku Tengger kepada leluhurnya yakni Roro Anteng dan Joko Seger. Konon keduanya rela mengorbankan anak ke-25, yakni Raden Kusuma untuk dilarung ke dalam kawah Gunung Bromo. Raden Kusuma dikorbankan untuk menepati janji pasutri keturunan Kerajaan Majapahit itu, kepada Sang Hyang Widhi.
Yang menarik dari upacara Yadnya Kasada aneka hasil bumi dan sesajen yang dibuang kedalam kawah justru menjadi rebutan warga. Bahkan banyak warga dari luar kawasan Bromo, sengaja naik ke puncak kawah sejak malam hari sebelumnya, menunggu hasil bumi dilarung.
Ikuti juga hal-hal unik dan menarik lainnya, dari dalam dan luar negeri, yang dibahas Djawanews di sini.