Djawanews – Untuk memperoleh kesaktian, maka seorang Warok harus menahan hawa napsu dan pantang bersentuhan dengan wanita. Sebagai gantinya, Warok memelihara Gemblak, seorang lelaki belasan tahun berwajah tampan.
Warok tidak dapat dilepaskan dari kesenian Reog Ponorogo, meskipun kini sudah jarang orang-orang yang melakukan penghayatan hidup menjadi Warok. Bagaimana tidak, negara melarang hubungan sesama jenis bukan?
Asal mula Reog Ponorogo jika ditelusur dari sisi historisnya, bermula dari pemerintahan akhir Kerajaan Majapahit. Historia mencatat, jika Reog bermula dari ketidakpuasan seorang bangsawan istana yang bernama Ki Ageng Kutu terhadap pemerintahan Bhre Kertabumi.
Ki Ageng Kutu sendiri memiliki kepercayaan jika kesaktian tertinggi hanya dicapai ketika seseorang dapat mengekang hawa dan nafsunya. Sebagai penganut Budha Tantra dirinya percaya jika kekuatan dapat diperoleh ketika tidak bersentuhan dengan perempuan.
Maka dari itu, di masa lalu sudah wajar jika seorang Warok akan memiliki Gemblak yang merupakan pemuda belasan dengan fisik rupawan. Meskipun dianggap istri Warok, namun Gemblak juga sekligus anak angkat Warok.
Meskipun memiliki hubungan dengan Gemblak, namun Warok dalam tradisi masyarakat Ponorogo adalah orang yang dihormati dan selalu dimintai pertimbangan. Selain itu, karena kesaktiannya, Warok selalu ditakuti.
Namun, meskipun memiliki hubungan seksual dengan Gemblaknya, banyak Warok yang tetap memiliki istri (perempuan) dan memiliki anak.
Selain Warok dan tradisi Reog Ponorogo, jangan lupa baca artikel menarik lainnya, seputar kebudayaan nusantara, hanya di Konten Serba-Serbi Djawanews.