Djawanews – Drs. H. Wahyu Sardono, M.S. atau dikenal Dono Warkop merupakan pelawak multitalenta Indonesia yang hingga sekarang belum ada penggantinya. Dono memang dikenal sebagai pelawak, namun dirinya juga seorang intelektual.
Berasal dari Solo, Dono menempuh pendidikan di Jakarta dan mengambil jurusan Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) (sekarang jadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/FISIP Universitas Indonesia).
Selama kuliah Dono tidak hanya jadi mahasiswa kupu (kuliah-pulang), namun juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (MAPALA UI). Selain itu, Dono bahkan aktif demo. Dirinya pernah turun ke jalan dalam Peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) pada tahun 1974.
Setelah lulus, Dono sempat bekerja menjadi karikaturis di berbagai surat kabar seperti Tribun dan Salemba. Bakat menggambar Dono memang sudah diasah sejak lama, buktinya Dono pernah membuat sampul buku puisi dari Eka Budianta ketika dirinya masih kuliah.
Setelah kerja serabutan, akhirnya Dono mengabdi di almamaternya dan menjadi dosen di jurusan, fakultas, dan kampunya sendiri UI.
Dono, ternyata menulis sebuah cerpen yang penuh dengan gaya satir dan menyindir, dan menariknya ditulisnya ketika masa Orde Baru (Orba). Coba baca cerpen Dono yang berjudul Kisah Sertu Jumadi.
Tidak hanya fiksi, esai-esai Dono juga tidak luput menyuarakan masyarakat Indonesia pada masa pemerintahan Orba, coba baca esai berjudul Kelas yang Sibuk dengan Sendirinya, yang pernah dimuat di Forum Keadilan tahun 1996.
Tidak hanya cerpen dan esai, Dono bahkan pernah menerbitkan beberapa judul novel di antaranya Cemara-Cemara Kampus (1988), Bila Satpam Bercinta (1999), Dua Batang Ilalang (1999), dan Senggol Kiri Senggol Kanan (2009).
Jadi penasaran dengan novel-novel Dono Warkop kan, ehmm. Selain sisi lain Dono, masih banyak hal-hal unik dan menarik lainnya lo, simak hanya di Konten Serba-Serbi Djawanews.