Djawanews – Legenda jazz Indonesia yang satu ini memiliki ketenaran di tahun 40-an, beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka. Dialah Tjok Sinsoe, penata musik dan pemain jazz asal Indonesia.
Bakat musik Sinsoe menurun dari ibunya, yang pandai bermain biola, mandolin serta pintar menyanyi. Awalnya Sinsoe tertarik dengan biola, lantaran terinspirasi dari permainan biola Joe Fenaty dalam film King of Jazz.
Sinsoe merupakan tamatan AMS (setingkat SMA) sampai kelas II, pada tahun 1935 mendapat kontrak untuk bermain musik di Singapura. Di Jakarta sendiri Sinsoe telah mendirikan orkes Hawaiian Syncopeters yang merupakan satu dari lima orkes Hawaian terbesar di dunia.
Ketika Jepang masuk Indonesia, Sinsoe ditarik ke dalam Orkes Symphoni Hosho Kyoku. Pada masanya terdapat beberapa karya Sinsoe yang digilai di antaranya Surya Wisesa dan Embun.
Pasca kemerdekaan, ketika industri film mulai berkembang di tanah air, Sinsoe kemudian mulai menata musik untuk. Beberapa masterpiecenya di antaranya film Darah dan Doa (1950), karya Usmar Ismail. Selain itu, karya Sinsoe Harimau Tjampa (1954) telah memenangkan hadiah dari FFA di Singapura tahun 1955.
Tidak hanya menjadi penata musik film, Sinsoe juga pernah untuk kebolehan akting dalam film yang berjudul Krisis yang dibuat pada tahun 1950-an. Tidak cukup itu, sejak tahun 1964, Sinsoe juga memulai hobi bari melukis. Pameran lukisan abstraknya pernah digelar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Selain legenda jazz Indonesia tersebut, masih banyak hal-hal unik dan menarik lainnya yang perlu Anda ketahui, simak hanya di Serba-Serbi Djawanews.