Djawanews – Nama Tjipto Mangoenkoesoemo memang sering dikenal mulai dari buku-buku sejarah di bangku sekolah dasar. Salah satu tokoh Tiga Serangkai tersebut memang dapat dikatakan pelopor politisi di masa kolonial.
Kepiawaian Tjipto Mangoenkoesoemo dalam berpolitik mamang tidak main-main, pemerintah kolonial Hindia Belanda pun berkali-kali luluh pada beliau. Partai Nasional Indonesia (PNI) adalah salah satu partai yang dekat dengan beliau.
Pada awal pembentukannya PNI (4 Juli 1927), Tjipto memang paling tua dari semua anggota yang rata-rata berumur 20-an tahun. Dirinya pula yang paling keberatan atas pembentukan partai politik.
Alasannya, lantaran pembentukan partai menurut Tjipto akan mengundang reaksi keras pemerintah kolonial. Pendapat Tjipto memang logis, satu tahun sebelumnya (1926) pemerintah kolonial baru saja selesai menumpas pemberontakan PKI.
Keberadaan Tjipto di Bandung pada masa itu dapat dikatakan sebagai orang buangan, lantaran pemerintah kolonial melarangnya melakukan politik praktis. Hukuman tersebut diberikan lantaran Tjipto dituduh sebagai orang yang membantu PKI dalam pemberontakan pemberontakan tahun 1926.
Namun pendapat Tjipto dikalahkan dengan enam anggota lainnya, hingga pada terbentuklah PNI. Dilansir dari Historia, bahkan Soekarno dalam otobiografinya (Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat) dengan percaya diri melakukan pembentukan partai tersebut, berikut kutipannya.
”Pada tanggal empat Juli 1927, dengan dukungan enam orang kawan dari Algemeene Studieclub, aku mendirikan PNI, Partai Nasional Indonesia,” ujar Soekarno.
Meskipun Tjipto menolak pendirian PNI, namun dirinya tetap dianggap pendiri parta nasionalis Indonesia pertama tersebut. Namun Soekarno-lah yang ditunjuk menjadi ketua, alasannya karena kepopuleran dan dianggap memiliki pemikiran yang visioner.
Tulisan tentang Tjipto Mangoenkoesoemo memang terlalu singkat mendeskripsikan beliau. Ingin mengikuti tulisan-tulisan menarik lainnya? Simak terus Serba-Serbi Djawanews!