Djawanews – Ritual unik mengelilingi Benteng Kraton Yogyakarta setiap Malam 1 Suro ternyata memiliki pesan khusus, berikut ini makna filosofis Ritual Tapa Bisu yang sangat mendalam.
Meskipun pandemi Covid-19 membuat ditiadakan Ritual Tapa Bisu tahun ini, namun tidak ada salahnya kita menggali pengetahuan dari ritual tersebut.
Perlu diketahui, siapa saja dapat mengikuti ritual unik ini, namun ada beberapa syarat yang harus dilakukan saat ritual di antaranya tidak memakai alas kaki, dilarang berbicara, dan dilarang makan juga minum.
Perlu untuk diketahui, sebenarnya ritual Tapa Bisu sendiri dilakukan berdasarkan penanggalan Jawa, namun dilakukan untuk melanggengkan antara budaya Jawa dan Islam. Ritual pertama dilakukan saat pembangunan benteng Keraton Yogyakarta selesai yaitu pada tanggal satu Suro tahun 1580.
Jika di zaman dahulu ritual ini juga bermaksud untuk memastikan keamaan wilayah keraton, di masa sekarang ritual ini dimaknai sebagai panajtan doa untuk keselamatan lahir dan batin.
Selain itu, keheningan dalam Ritual Tapa Bisu juga bermakna agar setiap manusia selalu introspeksi dan jauh dari berbagai perbuatan negatif. Selain itu ritual juga mengajari rasa syukur atas hidup dan tidak lupa guna memanjatkan doa pada Sang Pencipta.
Acara yang diawali dengan pembacaan Macapat dan Kidung Jawa sendiri juga bermakna dalam secara tekstual lantaran berisi tentang kehidupan. Meskipun tahun ini tidak ada Tapa Bisu, mari kita instropeksi diri masing-masing di rumah ya…
Selain makna filosofis Ritual Tapa Bisu jangan lupa baca hal-hal unik dan menarik lainnya, hanya di Konten Serba-Serbi Djawanews.