Djawanews – Meskipun tidak banyak tercatat dalam teks, sejarah penanggalan Jawa diyakini berasal dan diciptakan oleh mPu Hubayun pada tahun 911 SM. Hal tersebu tentu jauh sebelum Islam ada dan masuk Nusantara.
Dalam tulisan panjangnya KRT. Sutrimo Rekso Budoyo. SE. MM, menjelaskan pada 21 Juni 77 M Prabu Ajisaka atau Prabu Sri Maha Punggung III melakukan perubahan aksara juga Penanggalan Jawa.
Budaya Jawa mengenal penghitungan selalu dimulai dari nol atau “Das” dan penanggalan dimulai dari tanggal 1 Badrawarna (Suro) tahun Sri Harsa. Dan pada 21 Juni 78 M ditetapkan permulaan Penanggalan Jawa.
Ketua Umum Ormas Raket Prasaja tersebut juga menjelaskan jika Penanggalan Jawa sama dengan penanggalan Hindu yang menggunakan pedoman peredaran matahari, sedangkan bulan untuk kalender Hijriah atau Islam.
Kemudian penyatuan antara tiga peredaran penanggalan atas dasar matahari dan hulan terjadi saat zaman Kerajaan Mataram Islam. Sultan Agung adalah Raja Mataram yang melakukan penyatuan penanggalan untuk membuat rakyatnya rukun dan bersatu.
Upaya yang dilakukan oleh Sultan Agung tersebut, lantaran VOC telah menguasai wilayah Batavia dan akulturasi dari tiga ungsur kebudayaan dinilai efektif menyatukan kekuatan rakyat, sehingga Penanggalan Jawa pun berubah.
Lantaran ada perbedaan sistem peredaran (antara matahari dan bulan) penanggalan Jawa dan Islam diketahui mengalami selisih. Hal tersebut membuat pakar Kebudayan Jawa seperti Sutrimo Rekso mengusulkan adanya penyesuaian Penanggalan Jawa setiap 75 tahun atau 120 tahun sekali.
Kendati demikian, menurut Sutrimo perubahan Penanggalan Jawa dilakukan agar dapat menyesuaikan dengan zaman, tanpa menghilangkan makna dan filosofi aslinya.
Selain sejarah penanggalan Jawa, jangan lupa baca juga hal-hal unik dan menarik lainnya, hanya di Konten Serba-Serbi Djawanews.