Djawanews.com—Dialah Khairiyah Hasyim, muslimah Indonesia yang mendirikan sekolah perempuan pertama di Mekah. Hal ini terungkap oleh Tika Ramadhini, peneliti pada Leibniz Zentrum Moderner Orient Berlin, setelah melakukan jejak sejarah yang terlupakan tentang keberangkatan muslimah Indonesia ke tanah suci.
Kisah Khairiyah Hasyim Mendirikan Sekolah Perempuan Pertama di Mekah
Keberangkatan jamaah haji Hindia-Belanda telah dimulai sejak abad ke-14. Namun meskipun jamaah haji perempuan saat itu telah mencapai 35% dari total jamaah haji Indonesia, cerita-cerita hanya berkisar pada jamaah laki-laki. Hal inilah yang mendorong Tika Ramadhini untuk menelusuri kembali jejak sejarah.
“Sudah banyak yang menulis hubungan antara Mekah dan Nusantara tapi selalu tentang laki-laki. Tapi tentang perempuan, tidak pernah ada cerita detailnya, aku pun tertarik menggali lebih lanjut,” ungkap Tika, seperti dikutip Djawanews dari DW, Selasa (5/5/2020).
Tika melakukan penelusuran arsip-arsip tua tentang jamaah haji Indonesia di Konsulat Belanda di Den Haag. Pemerintah Hindia-Belanda waktu itu mendirikan sebuah Konsulat di jedah untuk memantau pergerakan nasional yang mungkin timbul di kalangan Jawi (Jawa) saat melakukan ziarah ke Mekah.
Tidak cukup dengan arsip di Konsulat Belanda, Tika juga melakukan penulusuran ke Jombang hingga Arab Saudi. Tika menemukan bahwa perempuan yang datang dari Indonesia ternyata tak sekedar menunaikan ibadah haji. Banyak dari mereka memilih menetap, mengikut suami, menuntut ilmu, dan bahkan mendirikan sekolah di Mekah.
Khairiyah Hasyim merupakan anak kedua dari Kiai Haji Hasyim Asy’ari dan Nyai Nafiqah. Khairiyah sempat menjadi pimpinan pesantren, menggantikan suaminya yang meninggal di usianya yang ke 27 tahun. Pada 1938 Khairiyah pindah ke Mekah untuk menikah dengan ulama Jawi, K.H. Muhaimmin yang mengajar di Madrasah Darul Umum.
Saat itu belum ada sekolah perempuan di Mekkah. Banyak yang tidak baca tulis bahkan tidak bisa berhitung sederhana. Terdorong keperihatinannya, Khairiyah pun mendirikan Madrasah Banat pada 1942, fasilitas pendidikan perempuan pertama di Mekah.
Banyak jamaah haji dan migran yang datang ke sekolah ini, dan beberapa kaum perempuan elit dari Mekkah. Pendidikan perempuan masih dianggap tidak penting saat itu, baru pada 1960 Pemerintah Arab Saudi membuka sekolah dasar untuk perempuan. Khairiyah saat itu dibantu oleh perempuan lain Jee Abdallah Fatimban.
Jee Fatimban merupakan istri dari Syekh Muhammad Hussain al Falimban, juga guru di Madrasah Darul Ulum. Pada 1947, Syekh Hussain dan Jee Fatimban, turut mendirikan madrasah perempuan yakni Madrasah al Fatah al Ahliyah. Madrasah al Fatah al Ahliyah ini juga dianggap pelopor pendidikan perempuan di Mekah.
Ikuti juga hal-hal unik dan menarik lainnya, dari dalam dan luar negeri, yang dibahas Djawanews di sini.