Djawanews.com—Pasola merupakan adegan perang-perangan yang dilakukan para pemuda Sumba dengan saling melempar lembing. Tradisi ini rutin diadakan setiap tahun oleh masyarakat Sumba yang masih menganut agama asli nenek moyang mereka yakni Marapu.
Rangkaian Pelaksanaan Tradisi Pasola
Pasola merupakan rangkaian ritual syukuran masyarakat sumba yang dikenal dengan nama Adat Nyale. Adat Nyale dipimpin oleh para pemuka adat yang tergabung dalam majelis yang disebut majelis para Rato Nyale. Nyale sendiri merupakan sebutan untuk cacing laut yang muncul setiap tahunnya ketika bulan purnama.
Dalam Adat Nyale, masyarakat sumba akan turun ke tepi pantai ketika bulan purnama untuk menangkap cacing laut (nyale). Nyale yang ditangkap kemudian dibawa ke majelis para rato Nyale yang digunakannya untuk meramalkan kesejahteraan masyarakat Sumba satu tahun ke depan.
Jika nyale yang berhasil ditangkap tersebut gemuk, sehat, dan berwarna-warni, maka itu pertanda tahun ini akan mendapatkan kebaikan dan panen yang berhasil. Sebaliknya, bila nyale kurus dan rapuh, pertanda akan mendapatkan malapetaka.
Setelah pelaksanaan Adat Nyale selesai barulah kemudian diteruskan dengan Pasola. Pasola hanya bisa dilaksanakan jika nyale muncul di tepi pantai saat pelaksanaan Adat Nyale. Tanpa kemunculan nyale, Pasola tidak boleh dilaksanakan.
Pasola berasal dari kata “sola” atau “hola”, yang berarti lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar. Acara melempar lembing kayu ini dilakukan para pemuda desa di Sumba dari atas kuda yang sedang dipacu kencang yang berlawanan arah.
Pasola dilaksanakan di padang yang luas dan disaksikan oleh warga dari kedua kelompok yang bertanding, masyarakat umum, dan wisatawan asing maupun lokal. Setiap kelompok warga terdiri lebih dari 100 pemuda bersenjatakan tombak yang dibuat dari kayu berujung tumpul dan berdiameter kira-kira 1,5 cm. Namun meski berujung tumpul, permainan ini dapat memakan korban jiwa.
Jika ada korban dalam Pasola, menurut kepercayaan Marapu, korban tersebut mendapat hukuman dari para dewa karena telah melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan. Dalam permainan Pasola, penonton dapat melihat secara langsung dua kelompok ksatria Sumba yang sedang berhadap-hadapan, kemudian memacu kuda secara lincah sambil melemparkan lembing ke arah lawan.
Walaupun ada darah tercucur di tanah, konon darah tersebut bisa kembali menyuburkan tanah.
Pasola biasanya diadakan di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Barat Daya melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat. Sementara waktu pelaksanaan tidak tentu karena harus menyesuaikan dengan bulan purnama, namun biasanya diselenggarakan di awal bulan Februari.
Ikuti juga hal-hal unik dan menarik lainnya, dari dalam dan luar negeri, yang dibahas Djawanews di sini.