Djawanews.com—Menjadi otentik berarti sepenuhnya menjadi diri sendiri, jujur kepada diri sendiri dan bukan budak harapan-harapan sosial. Namun di sisi lain penelitian menunjukkan menjadi otentik adalah sebuah paradoks di mana Anda berada di ruang antara memuaskan diri sendiri dan kehidupan sosial.
Dua Teori yang Dilematis Tentang Menjadi Otentik
Pribadi yang otentik bersikap sesuai dengan keunikan dan keistimewaannya masing-masing, terlepas apakah itu bertentangan dengan konvensi sosial atau tidak. Misalnya, orang yang introvert bersikap otentik ketika mereka diam di sebuah pesta bahkan jika konvensi sosial menentukan bahwa tamu harus mengobrol.
Dilansir Djawanews dari Scientific American, penelitian menunjukkan menjadi otentik memberikan banyak manfaat psikologis dan sosial: harga diri yang lebih tinggi, kesejahteraan yang lebih besar, hubungan romantis yang lebih baik dan peningkatan kinerja kerja.
Tetapi otentisitas adalah hal yang tidak stabil. Meskipun sebagian besar orang mendefinisikan otentik sebagai bersikap sesuai dengan keunikan masing-masing, namun penelitian juga menunjukkan bahwa orang merasa paling otentik ketika mereka menyesuaikan diri dengan serangkaian kualitas tertentu yang disetujui secara sosial, seperti menjadi ekstrovert, stabil secara emosional, dan menyenangkan.
Hal tersebut merupakan sebuah paradoks. Di satu sisi Anda harus menjadi diri sendiri dengan segala keunikan dan keistimewaannya. Namun di sisi lain Anda harus mengikuti konvensi sosial.
Tidak menjadi soal apakah Anda menjadi otentik atau tidak, yang terpenting adalah Anda nyaman dengan diri Anda sendiri.
Ikuti juga hal-hal unik dan menarik lainnya, dari dalam dan luar negeri, yang dibahas Djawanews di sini.