Djawanews.com – Baru-baru ini warga Kazakhstan mengalami apa yang disebut Sleepy Hollow. Sleepy Hollow terbilang masalah kesehatan yang sangat aneh karena bisa membuat korbannya tertidur hingga berhari-hari lamanya.
Atas kejadian tersebut, pakar kesehatan bahkan sampai khawatir jika warga bisa mengalami masalah halusinasi. Anehnya, wabah ini tiba-tiba saja muncul.
Normalnya, orang dewasa membutuhkan waktu tidur 6 sampai 8 jam untuk tidur dalam sehari. Kalau lebih dari 10 jam akan bisa mengalami pusing.
Menurut Kantor Berita Kazakhstan Azkh, wabah ini terjadi di Desa Kalachi, Kazahkstan. Setidaknya 160 orang sudah menjadi korban. Meski terlihat menyenangkan karena membuat korbannya beristirahat sangat lama, tetap saja otoritas kesehatan setempat khawatir hal ini bisa memicu kematian.
Sebenarnya wabah ini bukanlah hal baru. Pada 2013 lalu, pemerintah sudah melaporkannya. Hanya, baru kali ini pemerintah menemukan sumber awal dari wabah ini. Memang, hingga sekarang belum ada korban jiwa. Namun, tetap saja sejumlah pakar kesehatan khawatir hal ini bisa memicu halusinasi berlebihan.
Menurut keterangan Wakil Perdana Menteri Kazakhstan Berdybek Saparbayev, di Desa Kalachi serta Desa Karasnogorsky, ada tambang uranium. Tambang ini melepaskan karbon monoksida yang cukup tinggi.
"Penyebab penyakit telah ditetapkan. Ini dipicu oleh karbon monoksida. Dulu ada tambang uranium di daerah itu, yang sekarang sudah ditutup. Kadang tambang itu melepaskan karbon monoksida dan hidrokarbon, mungkin juga metana dalam konsentrasi tinggi. Saat itulah wabah sleepy hollow ini terjadi," jelas Saparbayev.
Akibat dari hal ini, pemerintah pun memutuskan untuk memindahkan warga dari kedua desa tersebut ke lokasi lain yang tidak terkena paparan karbon monoksida, hidrokarbon, hingga metana lagi. Diharapkan, hal ini bisa membantu pemerintah mengatasi masalah wabah yang sangat tidak biasa ini.
Krasnogorsky sejak dulu memang dikenal sebagai kota pertambangan. Populasinya memang nggak banyak, yakni sekitar 6.500 orang aja sehingga dianggap setara dengan desa di Indonesia.
Lebih lanjut, saat Uni Soviet gencar mengadakan program nuklir di masa 1960-an, kota ini dianggap sebagai penyedia uranium. Meski begitu, kini tambang uranium di sana sudah resmi ditutup.