Djawanews.com—Covid-19 masih menjadi kegusaran dunia saat ini. Namun Covid-19 bukanlah pandemi global yang pertama dan jelas bukanlah yang terakhir. Proses panjang kehidupan manusia telah mengalami beberapa pandemi yang mengubah wajah dunia. Berikut adalah 4 pandemi besar dalam sejarah manusia.
Empat Pandemi Besar dalam Sejarah Manusia
-
‘The Black Death’ atau Wabah Pes (abad ke-14)
Ada 2 pandemi pes yang paling terkenal yakni wabah Yustianius dan apa yang dikenal dengan ‘The Black Death’. Wabah Yustianius yang terjadi pada 541 Masehi, dan berlangsung selama 200 tahun, telah memusnahkan jutaan jiwa.
Yustianius mewabah secara bergelombang di Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah, Beberapa peneliti mengungkap bahwa wabah ini telah mengganggu ambisi Kekaisaran Romawi untuk berekspansi.
Lebih mematikan dari yang pertama, ‘The Black Death’ muncul pada Abad ke-14 dan membinasakan populasi manusia di Asia, Eropa, dan Afrika bagian utara. Konsep karantina merupakan warisan penting dari penanganan wabah ini.
‘The Black Death’ diperkirakan telah memicu munculnya berbagai reformasi dalam bidang sosial, ekonomi, kesenian, dan budaya pada era abad pertengahan di Eropa. Hal ini menggambarkan bagaimana pandemi penyakit menular dapat menjadi titik balik utama dalam sejarah, akibat dampaknya yang sangat berpengaruh dan bertahan lama.
-
Flu Spanyol (1918)
Pandemi kedua ini tercatat sebagai pandemi paling mematikan dalam sejarah kehidupan manusia. Hal ini karena kompleksnya interaksi antara bagaimana virus penyebab flu ini bekerja, respons imun manusia, dan juga konteks sosial dari penyebaran virus tersebut.
Ada sekitar 500 juta jiwa terjangkit flu Spanyol (sekitar sepertiga dari total populasi dunia pada saat itu) dan telah menyebabkan 50-100 juta kematian. Karakteristik unik dari penyakit ini adalah kecenderungannya untuk membunuh orang dewasa berumur 20-40 tahun.
Pemahaman medis dan saintifik mengenai flu pada tahun 1918 yang masih sangat minim menyebabkan flu Spanyol sangat sulit untuk diatasi. Namun, intervensi dalam kesehatan masyarakat, seperti menjalankan karantina, penggunaan masker, dan larangan pertemuan massal, telah membantu meminimalkan penyebaran penyakit pada beberapa daerah.
-
HIV/AIDS (abad ke-20)
HIV/AIDS bermula di dunia bagian Barat pada 1981 dan sejak saat itu, sekitar 75 juta orang telah terjangkit HIV, dan sekitar 32 juta jiwa orang tewas terserang penyakit ini. Saat ini penanganan HIV sudah tergolong sangat baik, namun pada masa-masa awal kemunculannya penyakit ini telah membuat kekacauan yang hebat.
Tes massal untuk orang-orang yang memiliki potensi terjangkit penyakit dalam pencegahan penularan merupakan pelajaran berharga dari pandemi HIV/AIDS. Selain itu HIV juga mengajarkan bahwa kata-kata dan stigma berperan penting dalam mengatasi sebuah pandemi; orang-orang perlu merasa aman dan didukung dan bukannya dikucilkan.
-
SARS atau Sindrom Pernapasan Akut Berat (2002-2003)
Pandemi memiliki jenis yang sama dengan apa yang dihapai manusia saat ini. SARS muncul pada 2002 dari sebuah spesies kelelawar tapal kuda di Cina. Penyakit ini lalu menyebar ke 29 negara lainnya dan menyebabkan 8.098 kasus terjangkit dan 774 kasus meninggal. Namun akhirnya bisa diatasi pada Juli 2003.
Perbedaan SARS dengan Covid-19 yakni Covid-19 lebih mudah menyebar. Upaya untuk mengatasi SARS dapat dianggap sebagai ‘latihan’ dalam menghadapi Covid-19. Para peneliti yang risetnya berfokus pada SARS dan MERS (Middle Eastern Respiratory Syndrome) (menghasilkan riset-riset penting yang dapat dijadikan sebagai pondasi dalam mencari vaksin untuk mencegah Covid-19.
Ikuti juga hal-hal unik dan menarik lainnya, dari dalam dan luar negeri, yang dibahas Djawanews di sini.