Djawanews.com—Tidak lagi gemerlap, Dubai tampak sayu terpapar pandemi. Kota metropolitan termewah sejagat dengan reputasi perekonomian tak terbantahkan itu kini dibayang-banyangi ketidakpastian. Sekitar 80 persen perekonomiannya terancam akibat wabah corona.
Ketidakpastian Perekonomian di Dubai selama Masa Pandemi
Banyak perusahaan di Dubai yang harus tutup karena wabah Covid-19. Ketika Uni Emirat Arab menghentikan semua penerbangan komersial dan memberlakukan jam malam yang ketat untuk membendung penyebaran virus Covid-19, bisnis perjalanan wisata mengering.
Dubai yang biasanya ramai oleh turis dari Tiongkok, Rusia, dan Inggris, kini sepi. Dubai sebagai pusat keuangan, perdagangan, dan pariwisata yang menarik sekitar 16 juta pengunjung per tahunnya. Ada ribuan orang pekerja asing, mulai dari pekerja migran yang super kaya hingga berpenghasilan rendah, telah menggerak jalannya oasis ini.
Dilansir Djawanews dari DW, seorang manajer kapal pesiar mengatakan, meski sekarang pemerintah telah melonggarkan aturan dan perusahaannya diizinkan untuk memulai kembali layanan terbatas tetapi “permintaan sangat sedikit”. Banyak penduduk terlalu takut untuk keluar dari rumah mereka. “Pada tingkatan ini, kita hanya bisa bertahan sampai akhir tahun atau awal Januari,” katanya.
Manajer yang tidak ingin disebutkan namanya itu mengaku perusahaannya telah merugi hingga 80.000 dollar AS sejak krisis corona melanda. Karyawan telah menerima 50 persen dari gaji mereka pada bulan Maret lalu, dan diminta untuk mengambil cuti yang tidak dibayar pada bulan April.
Lembaga riset Capital Economics mengatakan dengan langkah-langkah pemerintah di seleuruh dunia memberlakukan jarak sosial untuk menekan Covid-19, Dubai adalah yang paling rentan di Timur Tengah dan Afrika Utara dalam hal kerusakan ekonomi dari wabah tersebut.
Ikuti juga hal-hal unik dan menarik lainnya, dari dalam dan luar negeri, yang dibahas Djawanews di sini.